CHARACTER STUDY
Pengantar
Nehemia
(Bhs. Ibr: Yahwe menghibur), adalah
putra Hakhalya (Neh. 1:1). Dia adalah seorang juru minuman raja Persia di puri
Susan (Neh. 1:11). Situasi pada masa itu adalah situasi dimana bangsa Yehuda
mengalami masa pembuangan. Dimulai saat pemerintahan Yoyakim, oleh karena dosa
bangsa itu Allah mengizinkan bangsa Babel menjajah bangsa Israel (2 Raj. 24), begitu
juga hingga zaman Zedekia, Bait Allah dan tembok Yerusalem dibakar
dan dirobohkan (2 Taw 36:19). Masa pembuangan genap seperti yang diucapkan nabi Yeremia selama tujuh puluh tahun (2 Taw 36:21). Setelah tujuh puluh tahun, Tuhan mengizinkan bangsa Babel dikalahkan oleh Kerajaan Persia dengan raja yang bernama Koresh, dan Tuhan menggerakkan hati Koresh untuk mengizinkan bangsa Israel pulang dari pembuangan dan membangun kembali Rumah Tuhan (Ezr. 1:1-4).
dan dirobohkan (2 Taw 36:19). Masa pembuangan genap seperti yang diucapkan nabi Yeremia selama tujuh puluh tahun (2 Taw 36:21). Setelah tujuh puluh tahun, Tuhan mengizinkan bangsa Babel dikalahkan oleh Kerajaan Persia dengan raja yang bernama Koresh, dan Tuhan menggerakkan hati Koresh untuk mengizinkan bangsa Israel pulang dari pembuangan dan membangun kembali Rumah Tuhan (Ezr. 1:1-4).
Secara tradisi diyakini
bahwa Nehemia tiba di Yerusalem pada tahun ke-20 (445 BC) pemerintahan
Artahsasta, yaitu 13 tahun (458 BC) setelah kehadiran Ezra di Yerusalem. Kitab
ini dituliskan sekitar tahun 430 BC atau sepuluh tahun sesudah penulisan kitab
Ezra. Garis besar dari kitab ini hampir sama dengan kitab Ezra, bagaimana
menceritakan perbuatan Allah yang membebaskan bangsa Israel dari pembuangan.
Setelah pembuangan, dilakukan pembangunan kembali kebangsaan Israel sekitar 25
tahun. Allah memakai hamba-hambaNya, Hagai dan Zakaria mendorong umat yang kembali dari Yerusalem
dan menyerukan pentingnya pembangunan Bait Allah. Zerubabel mengorganisir pembangunan
Bait Allah. Nehemia menjadi bupati dan membangun kembali tembok Yerusalem dan
Ezra yang menyerukan tentang sentralitas firman Tuhan. Dalam setiap generasi,
Allah memakai hamba-hambaNya yang setia dan menjadi pemimpin yang efektif.
Beberapa
tahun penting:
536
BC: Rombongan pertama orang Yahudi yang kembali dari pembuangan
520
BC: Bait Allah diperbaiki/dibangun kembali
479
BC: Ester , istri Ahasyweros, menjadi ratu di Persia
458
BC: Ezra memimpin rombongan kedua yang kembali dari pembuangan
445 BC: Nehemia
membangun kembali tembok Yerusalem
Teladan
Tokoh
Dengan
konteks sejarah yang demikian, tidak begitu sulit bagi kita untuk mengerti
situasi pada zaman tersebut dan apa yang dilakukan Allah pada bangsa yang
dipilih-Nya, melalui orang-orang pilihan Allah. Tentu kita merasa heran dengan
perbuatan Allah dengan memakai orang-orang yang tidak terduga untuk menjalankan
rencana-Nya. Dalam membahas teladan tokoh Nehemia, akan dibagi dalam dua masa:
1.
Panggilan
a.
Concern
Ditandai
dengan datangnya Hanani, salah seorang saudara dari Yehuda dan membawa kabar
tentang tembok Yerusalem yang terbakar dan orang-orang yang dalam kesukaran
besar (Neh. 1:1-3). Nebukadnezar menghancuran tembok ketika menaklukkan Israel
pada zaman Zedekia (2 Raj. 25:10) akibat doa yang diperbuat Zedekia (2 Raj. 24:19).
Kehancuran tembok menandakan tidak ada lagi pertahanan suatu bangsa terlebih
harga diri bangsa tersebut. Kondisi tersebut melahirkan kepedulian (concern) yang dilandaskan cinta kasih
kepada saudara-saudaranya, terlebih kepada bangsanya. Beban dan visi yang jelas
yang ditangkap Nehemia akan kondisi bangsanya, bahwa ia dipersiapkan untuk
membangun.
b.
Compassion and Prayer
Suatu
respon yang unik dari seorang Nehemia. Ia menangis, berkabung, berpuasa dan
berdoa. Doa merupakan ungkapan prioritas hidup seorang pemimpin. Doa menjadi
suatu respon sekaligus menjadi titik awal perjalanan panjang yang akan ditempuh
oleh Nehemia. Doa bukan hanya akhir, melainkan awal, pertengahan, dan akhir.
Nehemia membuktikan dengan dimulainya doa di Persia (Neh. 1:4) dan
mengakhirinya di Yerusalem (Neh. 13:31).
Pengakuan
atas dosa diri dan bangsanya menjadi suatu ciri cinta kasih yang teramat dalam
yang diekspose oleh Nehemia (Neh 1:4-7). Dosa bangsanya dianggap Nehemia
menjadi dosanya juga. Dengan pengakuan dosa, ia beroleh penyucian dan
pengampunan (1Yoh. 1:9), dan telinga yang tajam untuk mendengar suara Tuhan.
Ingatan akan janji Tuhan menjadi ucapan syukur sekaligus permohonan Nehemia
kepada Tuhan, supaya Tuhan mendengarkan seruan hamba-hambaNya (Neh. 1:8-11a).
Dengan iman menjadi langkah awal komitmen kepada Allah bahwa segala sesuatu
berada dalam kontrol Allah dan hanya dibutuhkan kesetiaan dan ketaatan dalam
menjalankan panggilan-Nya.
c.
Berdiam Diri
Kedatangan
Hanani pada bulan Kislew tahun keduapuluh
(pertengahan Nov. s/d pertengahan Des. 446 BC) dan Nehemia mulai
menjalankan tugas panggilannya pada bulan Nisan
tahun keduapuluh (pertengahan Maret s/d pertengahan April). Artinya, ada
sekitar jangka waktu 4 bulan Nehemia dalam masa-masa penantian. Mulainya sebuah
pekerjaan atau misi daripada Allah terkadang tidak ditandai dengan pekerjaan,
melainkan masa penantian. Masa yang penuh dengan doa dan ketaatan dalam
mendengar suara Tuhan, pembentukan hingga siap untuk tanggung jawab yang besar.
Charles
Swindoll dalam bukunya yang berjudul Paulus, menuliskan bahwa: “Ia seringkali
mempersiapkan hamba-hambaNya melalui masa penantian yang panjang, yang
dirancang untuk mengasah keterampilan dan menghancurkan kehendak untuk
membentuk karakter dan memberikan kedalaman. Sementara Ia bekerja, kita
menunggu.” Masa penantian merupakan persiapan untuk tanggung jawab yang besar
yang Allah sediakan bagi hamba-hambaNya tidak terkecuali kita. Temukan masa
penantian kita.
2.
Pekerjaan dan Penyelesaian
a.
Doa
Ciri
khas dari kehidupan Nehemia, bahwa ia adalah orang yang spontan berdoa. Bahkan
ketika menemui raja untuk meminta izin memulai pembangunan dan hendak menjawab
pertanyaan raja, ia berdoa terlebih dahulu (Neh. 2 : 4). Doa atas kesadaran
bahwa pekerjaan membangun tembok Yerusalem hanya karena anugerah Allah semata.
Dan kekuatan di dalam melalui pekerjaan dan menghadapi tantangan (Neh. 4:4, 9;
6:14) hanya berasal daripada Tuhan
Allah. Melalui doa, pengakuan atas dosa
bangsa dinyatakan (Neh. 9) dan permohona atas kesejahteraan bangsa pun
diserukan (Neh. 13:31). Melalui doa juga, komitmen yang baru dinyatakan (Neh.
9:38). Doa menjadi suatu hal yang indah yang menyatakan ketiadaberdayaan kita
dihadapan Allah sekaligus keyakinan penuh akan pemeliharaan dan kekuatan
daripada Allah untuk menjalankan pekerjaan yang dipersiapkan bagi kita.
b.
Sharing Beban dan Visi
Dimulai
dengan mendengar kondisi dan diresponi dengan doa. Memantau objek yang akan
dibangun (Neh. 2:11-16), Nehemia memacu semangat rekan-rekan sekerjanya
dengan membagikan beban dan visi bahwa
tembok telah menjadi reruntuhan dan mereka harus membangun kembali dilandaskan
kemurahan Allah yang melindungi Nehemia. “Kami siap untuk membangun!” ,
kata-kata yang merupakan doa sekaligus menjadi komitmen rekan-rekan sekerja
Nehemia untuk membangun tembok. Beban dan visi yang sama yang ditularkan oleh
seseorang karena kemurahan Allah, memicu semangat dan harapan yang baru akan
terwujudnya impian akan pembangunan.
Beban
dan visi yang membuat Nehemia dapat melihat potensi dari tiap-tiap orang yang
ikut serta dalam pembangunan serta
membuat team-work dengan karunia dan
talenta yang ada (Neh. 3). Perbedaan latar belakang keluarga, kemampuan,
karakter bukan menjadi ancaman melainkan menjadi alat pemersatu yang dilandasi
beban dan visi yang sama.
c.
Respon Terhadap Tantangan
Dalam
sebuah pekerjaan dan tanggungjawab pasti ada tantangan yang mengahalangi
pekerjaan dan tanggungjawab. Hal serupa yang dialami Nehemia. Ada dua jenis
tantangan yang dialami Nehemia, yaitu:
-
Tantangan Eksternal
Sanbalat orang Horon, Tobia orang Amon,
Gesyem orang Arab, menjadi tokoh yang
menentang pembangunan dengan berbagai alasan yang mereka punya. Berbagai hal
telah dilakukan mereka, mulai dari mengolok-olok dan menghina (Neh. 2:19),
menjatuhkan semangat para pekerja (Neh. 4: 1-3), berusaha memerangi dan membuat
kekacauan (Neh. 4:8), memfitnah (Neh. 6:3-7), memakai nabi untuk menjebak agar
Nehemia dicela (Neh. 6:10-13), membangun bilik di dalam rumah Allah (Neh.
13:4-5).
-
Tantangan Internal
Tantangan tidak hanya didapat dari luar
bangsa Yahudi, tetapi dari dalam bangsa itu juga. Ketika pemuka-pemuka bangsa
memakan riba dari saudara-saudara yang bekerja untuk membangun tembok (Neh.
5:6) yang mengakibatkan pekerja harus menjual ladangnya dan anak-anak mereka
harus menjadi budak. Ketika didapati kembali bahwa bangsa Yehuda berubah setia
kepada Tuhan ketika Nehemia menghadap raja. Sumbangan-sumbangan untuk imam
tidak dijalankan kembali (Neh. 13:10), tidak menguduskan hari sabat dengan
bekerja dan berjualan (Neh. 13:15-20), tidak mengindahkan kekudusan perkawinan
dan jabatan imam (Neh. 13:23-28).
Allah
memakai hambaNya sekaligus menumbuhkan iman mereka melalui setiap tantangan.
Dan setiap respon yang dilakukan Nehemia merupakan respon yang menunjukkan
seberapa besar imannya terhadap Allah. Nehemia percaya bahwa setiap pembalasan
adalah hak daripada Allah (Ul. 32:35). Nehemia melancarkan setiap amarah dan
penyesalan yang didasarkan kesetiaan pada Allah (Neh. 13:8, 11, 17, 21, 22, 25,
28).
d.
Reformasi Fisik
Hal
yang bisa dilihat dari kinerja seorang pemimpin adalah reformasi fisik (mis.
Pembangunan rumah sakit, sekolah, jalan, dsb. Begitu juga dengan Nehemia, hal
yang nyata dari visi yang diembannya adalah terselesaikannya pembangunan tembok
Yerusalem dalam jangka waktu 52 hari (Neh. 6:15). Hal itu menandakan suatu
pandangan yang holistik mengenai misi Allah, yang tidak hanya mementingkan
kebutuhan spiritual, tetapi juga kepentingan jasmani. Reformasi fisik yang
menghasilkan ucapan syukur dan membuat orang lain sadar akan Allah yang turut
bekerja dalam setiap proses yanga ada
(Neh. 6:16).
e.
Reformasi Sosial
Tidak
hanya pembangunan secara fisik, tetapi sosial juga. Kesadaran akan bangsa yang
dikhususkan untuk Allah ditandai dengan pemisahan diri bangsa Yahudi, dengan
penduduk negeri untuk hidup menurut hukum Allah, beserta semua istri dan
anak-anak mereka (Neh. 10:28-39). Yang membawa kepatuhan akan hukum Allah
tentang kekudusan perkawinan, pengudusan hari Sabat, pengaturan persembahan
(persepuluhan, khusus, hasil pertama, penyerahan anak sulung). Kepemimpinan
Nehemia tidak hanya berorientasi pada pembangunan fisik semata tetapi ada hal
yang jauh lebih penting yaitu reformasi didalam relasi sosial.
f.
Reformasi Spiritual
Hal
yang utama dalam misi yang dikerjakan Nehemia adalah mengembalikan bangsa
Yahudi kepada Allah. Allah yang telah memilih mereka menjadi suatu bangsa yang
menyatakan kekuasaan Allah. Lebih dalam lagi Nehemia memimpin bangsa tersebut
pada reformasi spiritual. Hal ini dimulai dengan membagikan beban dan visi oleh
karena kemurahan Tuhan, berujung pada pengakuan dosa dan pertobatan secara
nasional (Neh. 9:1-37) dan komitmen yang jelas yang diikat pada suatu
perjanjian teguh yang diakui setiap orang dari bangsa tersebut (Neh. 9:38).
Kepemimpinan Nehemia berujung pada satu titik yaitu pengakuan akan Allah.
Refleksi
Allah
memakai orang yang siap dan setia serta bergantung penuh pada Allah untuk
melaksanakan rencanaNya dalam kehidupan ini. “Nehemia bukanlah seorang raja, tetapi karyanya mengingatkan bangsanya
akan karya agung seorang raja; dia bukan seorang nabi tetapi dia berbicara dan
bertindak seperti seorang nabi sejati; dia bukan termasuk kelompok imam, tetapi
mendukung para imam dengan antusias dan memanifestasikan cara hidup imam dalam
kehidupan sehari-hari; dan Nehemia adalah seorang visioner akan masa depan kehidupan
Israel.” (Tiopan Manihuruk)
Keteladanan Nehemia kiranya yang menjadi suatu
pemicu semangat bagi kita untuk berkarya dalam sepanjang hidup kita bagi sesama
kita, bagi kampus kita, bagi bangsa kita. Karena itulah yang menjadi tugas kita
sebagai garam dan terang, memberitakan nama Allah melalui perkataan dan
perbuatan kita. Kiranya doa kita bukan hanya sebatas doa, tetapi merupakan
komitmen yang jelas dengan iman teguh untuk menjadi agen-agen yang membawa
perubahan sesuai kehendak Tuhan.
0 komentar:
Posting Komentar