BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Transportasi
Transportasi berasal dari kata Latin yaitu transportare, yang terdiri dari dua suku kata yaitu “trans” dan “portare”. Di mana trans berarti seberang atau sebelah lain dan portare berarti
mengangkut atau membawa. Jadi, transportasi berarti mengangkut atau
membawa sesuatu ke sebelah lain atau dari suatu tempat ke tempat lain.
Ini berarti tranportasi merupakan suatu jasa yang diberikan, guna
menolong orang dan barang untuk dibawa dari suatu tempat ke tempat lain.
Di dalam bahasa Inggris kata transportasi menjadi transportation yang memiliki arti yaitu angkutan, yang
menggunakan suatu alat untuk melakukan pekerjaan tersebut, atau dapat
pula berarti suatu proses pemindahan manusia atau barang dari suatu
tempat ke tempat lain dengan menggunakan suatu alat bantu kendaraan
darat, laut, maupun udara, baik umum maupun pribadi dengan menggunakan
mesin atau tidak menggunakan mesin. Dengan demikian,
transportasi dapat diberi definisi sebagai usaha dan kegiatan mengangkut atau membawa barang dan/atau penumpang dari suatu tempat ke tempat lain dengan suatu alat bantu kendaraaan darat laut, maupun udara atau tidak memakai alat bantu kendaraan sekalipun.
transportasi dapat diberi definisi sebagai usaha dan kegiatan mengangkut atau membawa barang dan/atau penumpang dari suatu tempat ke tempat lain dengan suatu alat bantu kendaraaan darat laut, maupun udara atau tidak memakai alat bantu kendaraan sekalipun.
Rustian
Kamaluddin menjelaskan dalam bukunya bahwa ada berbagai rupa
transportasi, namun demikian untuk setiap bentuk transportasi itu
terdapat empat unsur pokok trasnpor, yaitu:
1. jalan,
2. kendaraaan dan alat angkutan,
3. tenaga penggerak,
4. terminal.
Dalam
hubungan ini, perbaikan transportasi terjadi bilamana dilakukan atau
terjadi perbaikan dari salah satu atau lebih dari unsur-unsur
transportasi tersebut. Namun demikian, perbaikan system transportasi
secara keseluruhan akan dapat pula berlangsung bilamana diusahakan atau
terdapat perbaikan dalam organisasi, system, dan pengaturan transportasi
yang bersangkutan.
Pada
dasarnya, pengangkutan atau pemindahan penumpang atau barang dengan
transportasi adalah dengan maksud untuk dapat mencapai tempat tujuan dan
menciptakan/menaikkan utilitas atau kegunaan dari barang yang diangkut.
Utilitas yang dimaksud ada dua macam, yaitu:
1. Utilitas Tempat (Place Utility)
Utilitas
tempat dalam hal ini adalah kenaikan/tambahan nilai ekonomi atau nilai
kegunaan dari suatu komoditi yang diciptakan dengan mengangkutnya dari
suatu tempat/daerah, di mana barang tersebut mempunyai kegunaa yang
lebih kecil ke tempat/daerah dimana barang tersebut mempunyai kegunaan
yang lebih besar. Dalam hubungan ini, utilitas tempat yang diciptakan
biasanya diukur dengan uang (in terms of money)
yang pada dasarnya merupakan perbedaaan dari harga barang tersebut pada
tempat dimana barang itu dihasilkan atau dimana utilitasnya rendah
untuk dipindahkan ke suatu tempat di mana barang tersebut diperlukan
atau mempunyai utilitas yang lebih tinggi dalam memenuhi kebutuhan
manusia.
2. Utilitas Waktu
Transportasi
akan menyebabkan terciptanya kesanggupan dari barang untuk memenuhi
kebutuhan manusia dengan menyediakan barang yang bersangkutan tidak
hanya dimana mereka dibutuhkan, tetapi juga pada waktu yang tepat
bilamana mereka diperlukan. Hal ini adalah sehubungan dengan terciptanya
utilitas yang disebut sebagai time utility atau utilitas waktu. Dalam hal ini time utility
berarti disini bahwa dengan transpor tersebut akan dapat diusahakan
agar barang-barangnya dapat dipindahkan secepat-cepatnya atau
disampaikan ke tempat tujuan (konsumen) tepat pada waktunya.
Dengan adanya transportasi akan menciptakan time utilty, tetapi yang menjadi titik berat dalam hal ini adalah menciptakan place utility, yaitu pemindahan barang ke tempat lain dimana kebutuhan dan utilitasnya lebih tinggi.
B. Klasifikasi Transportasi
Transportasi dapat diklasifikasikan menurut macam atau moda atau jenisnya (modes of transportation)yang
dapat ditinjau dari segi barang yang diangkut, dari segi geografis
transportasi itu berlangsung dan dari sudut teknis serta alat
angkutannya.
1. Dari segi barang yang diangkut
Dari segi barang yang diangkut, transportasi dapat diklasifikasikan sebagai berikut:
a. Angkutan penumpang (Passanger)
b. Angkutan barang (goods)
c. Angkutan pos (mail)
2. Dari sudut geografis
Ditinjau dari sudut geografis, transportasi dapat dibagi sebagai berikut:
a. Angkutan antarbenua: misalnya dari Asia ke Amerika
b. Angkutan antarkontinental: misalnya dari Prancis ke Swiss dan seterusnya sampai ke Timur Tengah
c. Angkutan antarpulau: misalnya dari Sumatera ke Jawa
d. Angkutan anntarkota : misalnya dari Jakarta ke Bandung
e. Angkutan antardaerah: misalnya dari Jawa Barat ke Jawa Timur.
f. Angkutan
di dalam kota: seperti dengan oplet dan bus di kota-kota Medan,
Jakarta, Surabaya, dan seterusnya. Jenis angkutan ini disebut sebagai
intra-city transportation atau urban transportasi.
3. Dari sudut teknis dan alat pengangkutannya
a. Angkutan jalan raya atau highway transportation (road transportation), seperti pengangkutan dengan menggunakan truk, bus, dan sedan.
b. Pengangkutan
rel (rail transportation), yaitu angkutan kereta api, trem listrik dan
sebagainya. Pengangkutan jalan raya dan rel kadang-kadang keduanya
digabungkan dalam golongan yang disebut rail and road transportation atau land transportation (transportasi darat).
c. Pengangkutan melalui air di pedalaman (inland transportation), seperti pengangkutan sungai, kanal, danau dan sebagainya.
d. Pengangkutan pipa (pipe line transportation), seperti transportasi untuk mengangkut atau mengalirkan minyak tanah, bensin, dan air minum.
e. Pengangkutan laut atau samudera (ocean transportation), yaitu angkutan dengan menggunakan kapal laut yang mengarungi samudera.
f. Pengangkutan udara (transportation by air atau air transportation), yaitu pengangkutan dengan menggunakan kapal terbang yang melalui jalan raya.
Klasifikasi
transportasi dapat ditinjau dari ketiga segi atau unsur sebagimana
dikemukakan di atas, namun seringkali orang mengklasifikasikannya
dihubungkan dengan empat unsur transportasi, yaitu Jalan, alat angkutan,
tenaga penggerak, dan terminal.
Jalan (The Way)
Jalan
merupakan suatu kebutuhan yang paling essensial dalam transportasi.
Tanpa adanya jalan tak mungkin disediakan jasa transportasi bagi
pemakainya. Jalan ditujukan dan disediakan sebagai basis bagi alat
angkutan untuk bergerak dari suatu tempat asal ke tempat tujuannya.
Unsur jalan dapat berupa jalan raya, jalan kereta api, jalan air, dan
jalan udara.
Jalan dapat pula diklasifikasikan menurut jalan alam (natural) dan jalan buatan (artificial).
Jalan alam merupakan pemberian alam dan karenanya tersedia bagi setiap
orang tanpa (atau hampir tidak) adanya suatu beban ongkos bagi
pemakainya, seperti: jalan setapak, sungai, danau dan (jalan) udara.
Sedangkan jalan buatan adalah jalan yang dibangun melaui usaha manusia
secara sadar dengan sejumlah dana investasi bagi pembiayaan tertentu
untuk membuat konstruksinya dan pemeliharaannya.
Alat angkutan atau the Vehicle
Kendaraan
dan alat angkutan pada umumnya merupakan unsur transport yang penting
lainnya. Perkembangan dan kemajuan jalan dan alat angkutan merupakan dua
unsur yang saling memerlukan atau berkaitan satu sama lainnya. Alat
angkutan ini dapat dibagi dalam jenis-jenis alat angkutan darat, alat
angkutan jalan air, dan alat angkutan udara. Alat angkutan jalan darat
dapat berupa gerobak, pedati, bendi, sepeda, sepeda motor, mobil bus,
truk, kereta api, trem, dan lain-lain. Alat angkutan melalui air dapat
berupa rakit, sampan, kano, kapal layar, kapal uap, dan kapal mesin.
Sedangkan alat angkutan udara adalah berbagai rupa jenis pesawat
terbang.
Tenaga penggerak atau motive motive power
Yang
dimaksud dengan tenaga penggerak disini adalah tenaga atau energi yang
dipergunakan untuk menarik atau mendorong alat angkutan. Untuk keperluan
ini dapat dipergunakan tenaga manusia, binatang, tenaga uap, batu bara,
BBM, tenaga diesel, tenaga listrik, bahkan juga tenaga atom dan tenaga
nuklir.
Penggunaan
berbagai rupa tenaga penggerak ini telah semakin berkembang sesuai
dengan kemajuan dan pemakaian tekologinya di negara dan daerah yang
bersangkutan.
Tenaga pemberhentian atau terminal
Terminal
adalah tempat dimana suatu perjalanan transportasi dimulai maupun
berhenti atau berakahir sebagai tempat tujuannya. Karena itu di terminal
disediakan berbagai fasislitas pelayanan penumpang, bongkar dan muat
dan lain-lain. Lebih-lebih lagi untuk terminal yang dibuat seperti
stasiun kereta api, stasiun bus, bandar udara, dan pelabuhan (laut)
adalah perlu disediakan jasa-jasa pemakai yang pantas dan menyenangkan
pemakainya.
Sehubungan
dengan keempat unsur transportasi yang diuraikan diatas, maka
transportasi dapat diklasifikasikan dari sudut jalan atau permukaan
jalan yang digunakan, alat angkutan yang dipakai, dan tenaga penggerak
yang digunakan. Klasifikasi transportasi ini adalah sebagaimana yang
dikemukakan berikut ini:
Transportasi darat atau Land transport
Pembangunan
transportasi darat telah diarahkan pada pengembangan keterpaduan
transportasi jalan, kereta api, sungai danau dan penyeberangan, di
seluruh wilayah tanah air melalui pembangunan sarana dan prasarana,
peningkatan manajemen dan pelayanan, aspek keselamatan yang meliputi
aspek rekayasa lalu lintas, penegakan hukum, pendidikan dan pelatihan
serta publikasi termasuk pembinaan disiplin pemakai jalan,
penanggulangan muatan lebih dan kejelasan informasi lalu-lintas angkutan
jalan. Transportasi darat ini terdiri atas (1)transpor jalan raya,
(2)transport jalan rel atau kereta rel
1. Transpor jalan raya
Transportasi
jalan selama ini mempunyai peran yang sangat penting dan strategis
dalam memperlancar roda perekonomian, memperkukuh persatuan dan kesatuan
bangsa serta mempengaruhi semua aspek kehidupan bangsa dan negara.
Pentingnya transportasi jalan tercermin pada semakin meningkatnya
kebutuhan jasa angkutan jalan bagi mobilitas orang serta barang dari dan
ke seluruh pelosok tanah air, bahkan dari dan ke luar negeri. Disamping
itu, transportasi jalan juga berperan sebagai penunjang, pendorong, dan
penggerak bagi pertumbuhan daerah, dalam upaya peningkatan dan
pemerataan pembangunan serta hasil hasilnya.
Dilihat
dari perkembangan jumlah kendaraan (bus, truk dan mobil penumpang)
dengan perkembangan pembangunan jalan, maka nampak rasio jumlah
kendaraan dengan panjang jalan (kendaraan per km) setiap tahun
menunjukan peningkatan yang semula 12,63 kendaraan/km pada tahun 1995
menjadi 14,07 kendaraan/km pada tahun 1997, selanjutnya menjadi 17,44
kendaraan/km pada tahun 2000 dan 37,40 kendaraan/km pada tahun 2004. Hal
ini meng-indikasikan tingkat kejenuhan yang berakibat memburuknya
pelayanan jalan.
Dalam
transpor jalan raya (road transport) ini meliputi transpor yang
menggunakan alat angkutan berupa manusia, binatang, pedati, andong,
sepeda, sepeda motor, beca, bus, truk dan kenderaan bermotor lainnya.
Jalan yang digunakan untuk transport ini adalah jalan setapak, jalan
tanah, jalan kerikil, jalan aspal. Sedangkan tenaga penggerak yang
digunakan disini adalah tenaga manusia, tenaga binatang, tenaga uap,
BBM, dan diesel.
2. Transport jalan rel
Di
dalam transpor jalan rel (rail transport) ini digunakan alat angkutan
berupa kereta api, yang terdiri atas lokomotif, gerbong (kereta barang),
dan kereta penumpang. Jalan yang dipergunakan berupa jalan rel baja,
baik dua rel maupun mono rel, tenaga penggeraknya disini adalah berupa
tenaga uap,diesel, dan tenaga listrik.
Transportasi melalui air
Transportasi
melalui air (water transport) terdiri atas dua macam pula yaitu (1)
transportasi air dipedalaman, dan (2) tranpor laut
1. Transportasi air pedalaman
Transport
melaui air pedalaman (inland transport) menggunakan alat angkutan
berupa sampan, kano, motor boat dan kapal. Jalan yang dilaluinya adalah
sungai, kanal dan danau. Mengenai tenaga penggeraknya adalah pendayung,
layar, tenaga uap, BBM, dan diesel.
2. Transport laut
Di
dalam transpor laut (ocean transport) digunakan alat angkutan perahu,
kapal api/uap, dan kapal mesin. Jalan yang dilaluinya adalah laut atau
samudera dan teluk. Sedangkan tenga penggerak yang digunakan antara lain
adalah tenga uap, BBM, diesel.
Pada
tahun 1995 jumlah armada kapal barang nasional sebanyak 5.050 unit dan
kapal asing sebanyak 6.397 unit. Jumlah muatan dalam negeri yang
diangkut kapal nasional 75,478 juta ton (51,45%), sedangkan muatan dalam
negeri yang diangkut kapal asing 71,220 juta ton (48,55%). Jumlah
muatan ekspor/impor yang diangkut kapal nasional 5,989 juta ton (2,15%),
sedangkan muatan ekspor/impor yang diangkut kapal asing 272,231 juta
ton (97,85%).
Pada
tahun 1999 terjadi peningkatan armada kapal nasional cukup tajam
menjadi sebanyak 10.368 unit, sedangkan kapal asing menurun menjadi
6.248 unit. Jumlah muatan dalam negeri yang diangkut kapal nasional
sebanyak 90,985 juta ton (50,48%), sedangkan yang diangkut kapal asing
sebesar 89,244 juta ton (49,52%). Jumlah muatan ekspor/impor yang
diangkut kapal nasional sebanyak 16,236 juta ton (4,79%), sedangkan yang diangkut kapal asing sebesar 322,532 juta ton (95,21%).
Pada
kurun waktu 2000 - 2004 kondisi permintaan jasa pelayanan transportasi
laut mengalami perubahan baik untuk angkutan barang (sebagian besar
menggunakan kontainer) maupun angkutan penumpang. Jumlah muatan angkutan
laut barang terus meningkat dengan pertumbuhan rata-rata 5,98%
pertahun. Jika muatan pada tahun 2000 berjumlah 516,630 juta ton yang
terdiri dari 152,100 juta ton muatan dalam negeri dan 364,530 juta ton
muatan ekspor/impor, maka pada tahun 2004 telah meningkat menjadi
sebesar 652,643 juta ton yang terdiri dari 187,577 juta ton muatan dalam
negeri dan 465,066 juta ton muatan ekspor/impor.
Pangsa
armada pelayaran nasional dalam mengangkut muatan dalam negeri pada
tahun 2000 sebesar 53,01% (80,630 juta ton) dan pada tahun 2004
meningkat menjadi 54,00% (101,292 juta ton), sedangkan pangsa muatan
yang diangkut armada pelayaran asing pada tahun 2000 sebesar 46,99%
(71,470 juta ton) dan pada tahun 2004 meningkat menjadi 46,00% (86,285
juta ton).
Pangsa
armada pelayaran nasional dalam mengangkut muatan ekspor/impor pada
tahun 2000 sebesar 4,62% (16,835 juta ton) dan pada tahun 2004 pangsanya
menurun menjadi sebesar 3,50% (16,277 juta ton), sedangkan pangsa
armada pelayaran asing pada tahun 2000 sebesar 95,38% (347,695 juta ton)
dan pada tahun 2004 meningkat menjadi 96,50% (448,789 juta ton).
Jumlah
ruas rute yang dilayani angkutan laut perintis, mulai tahun 2000 sampai
dengan 2004 relatif tetap. Jika pada tahun 2000 di kawasan timur
Indonesia terdapat 41 rute dan di kawasan barat Indonesia terdapat 7
rute, maka pada tahun 2004 di kawasan timur Indonesia terdapat 39 rute
dan di kawasan barat Indonesia terdapat 9 rute.
3. Transport udara
Transpor
udara (air transport) merupakan alat angkutan yang mutakhir dan
tercepat. Transport udara ini menggunakan pesawat udara (dengan segala
jenisnya) sebgai alat transpor dan udara dan ruang angkasa sebagai
jalannya. Tenaga penggerak yang digunakan untuk transportasi udara ini
adalah BBM dengan berbagai rupa alat yang digerakkannya.
Pada
kurun waktu 1995 - 1999 pelayanan transportasi udara mengalami
keterpurukan terkait dengan krisis ekonomi yang terjadi sejak
pertengahan tahun 1997. Pada tahun 1995 penumpang penerbangan dalam
negeri mencapai 12,22 juta orang, sedangkan pada tahun 1999 menurun
tajam menjadi 6,37 juta orang, sehingga terjadi pertumbuhan minus
sebesar -12,88% rata-rata per tahun. Pada tahun 1995 penumpang
penerbangan luar negeri mencapai 7,8 juta orang dan pada tahun 1999
menjadi 7,9 juta orang, sehingga terjadi pertumbuhan rata-rata sebesar
1% per tahun. Hal ini membuat perusahaan penerbangan mengurangi jumlah
armada yang dioperasikan, bahkan mengembalikan pesawat-pesawat sewa,
mengurangi rute dan frekuensi penerbangan. Beban perusahaan penerbang-an
nasional semakin berat untuk menutup biaya operasi, meskipun telah
dilakukan penyesuaian tarif beberapa kali.
Pada
tahun 2000 - 2004 sejalan dengan dimulainya kebijakan multi operator
angkutan udara nasional, pertumbuhan angkutan penumpang dalam negeri
rata-rata sebesar 24,5% per tahun dimana jumlah penumpang pada tahun
tahun 2000 sebesar 7,62 juta orang menjadi 23,76 juta orang pada tahun
2004, sedangkan untuk penumpang angkutan udara luar negeri pada tahun
2000 sampai dengan tahun 2004 mengalami petumbuhan rata-rata sebesar
5,163% per tahun yaitu dari sebesar 2,4 juta orang pada tahun 2000
menjadi sebesar 2,76 juta orang pada tahun 2004.
Sementara itu pertumbuhan permintaan jasa angkutan barang/cargo udara
dalam negeri pada kurun waktu tahun 2000 - 2004 mengalami penurunan
rata-rata sebesar 75% yaitu sebesar 119.546 ton pada tahun 2000 menjadi
sebesar 208.902 ton tahun 2004. Jumlah kargo luar negeri pada tahun 2000
sebesar 58,886 ton menjadi sebesar 50,429 ton pada tahun 2004 atau
mengalami penurunan rata-rata sebesar 2,33% per tahun. (catatan: data statistik transportasi udara menggunakan data yang diangkut oleh airline nasional)
Rute
dan jaringan penerbangan dalam dan luar negeri bagi perusahaan angkutan
udara diatur dalam Peraturan Pemerintah RI No. 40 tahun 1995 tentang
Angkutan Udara dan terakhir dengan Keputusan Menteri Perhubungan Nomor
81 tahun 2004 tentang Penyelenggaraan Angkutan Udara. Struktur rute
penerbangan dalam negeri terbagi atas
rute
utama, rute pengumpan, dan rute perintis. Rute utama berfungsi
menghubungkan antar bandar udara pusat penyebaran, Rute Pengumpan
sebagai penunjang rute utama yang menghubungkan antara bandara pusat
penyebaran dengan bandara bukan penyebaran dan atau menghubungkan antara
bandara bukan pusat penyebaran dan rute perintis berfungsi
menghubungkan daerah terpencil dan pedalaman serta daerah yang sukar
terhubungi oleh moda transportasi lain.
Posisi
tahun 2004 jumlah rute utama yang diterbangi sebanyak 201 rute, dengan
rute perintis sebanyak 83 rute. Jaringan dan rute penerbangan
internasional ditetapkan dalam Keputusan Menteri Perhubungan berdasarkan
perjanjian bilateral atau multilateral dengan mempertim-bangkan demand/permintaan jasa angkutan udara, jaringan dan rute penerbangan dalam negeri, asas cabotage dan asas resiprositas (timbal balik).
Sampai
dengan tahun 2004 Indonesia telah mengadakan perjanjian hubungan udara
bilateral dengan 67 negara mitra wicara, sedangkan untuk perjanjian
hubungan udara multilateral Indonesia telah melakukan perjanjian dalam
beberapa tingkat yaitu Sub Regional seperti IMT-GT dan BIMP-EAGA; Regional (ASEAN); Asia Pasifik (APEC) dan tingkat Global (WTO/GATTs). Dalam implementasinya, perusahaan penerbangan mengacu kepada hasil perjanjian baik bilateral maupun multilateral.
Dalam
transportasi udara, bandar udara merupakan prasarana yang berfungsi
sebagai simpul dalam jaringan transportasi udara dan sesuai hirarkinya
berfungsi sebagai pintu gerbang kegiatan perekonomian nasional dan
internasional serta sebagai tempat alih moda transportasi. Berdasarkan
Hirarki fungsinya bandar udara dibagi menjadi 2, yaitu bandar udara
pusat penyebaran dan bandar udara bukan pusat penyebaran. Sampai dengan
tahun 2004 telah dioperasikan bandar udara umum berjumlah 187 bandara,
yang terdiri dari 23 bandar udara diantaranya dikelola oleh BUMN (PT.
Angkasa Pura I dan II) dan 164 dioperasikan oleh Pemerintah Pusat.
Dalam
rangka pelaksanaan otonomi daerah konsep Departemen Perhubungan adalah
137 bandar udara diserahkan pengoperasiannya kepada pemerintah
Kabu-paten/Kota sebagai tugas desentralisasi (terdapat 12 Pemerintah
Kabupaten/Kota yang telah menyatakan kesanggupan untuk menerima
penyerahan bandar udara) dan 26 bandar udara dikelola oleh Pemerintah
pusat termasuk (1 Teaching Airport di Curug dan 1 Bandar Udara Otorita Batam).
C. Peranan dan Pentingnya Transportasi
Transportasi
merupakan unsur yang penting dan berfungsi sebagai urat nadi kehidupan
dan perkembangan ekonomi, social, politik dan mobilitas penduduk yang
tumbuh bersamaan dan mengikuti perkembangan yang terjadi dalam berbagai
bidang dan sector tersebut. Hubungan antara kemajuan berbagai aspek jasa
tansportasi ini adalah berkaitan erat sekali dan saling bergantung satu
sama lain.
Transportasi
memegang peranan penting dalam dinamika masyarakat bahkan dinamika
negara dan bangsa, baik dalam kehidupan sehari-hari, kehidupan budaya,
kehidupan politik, terutama dalam kehidupan social ekonomi.
Dalam dunia transportasi terdapat ungkapan “… ship follow the trade and trade follow the ship …”. Kata ship follow the trade mengandung makna bahwa transportasi (ship) mengikuti perkembangan maupun kemajuan aktifitas perdagangan masyarakat. Dan kata trade follow the ship berarti pula bahwa perkembangan kegiatan perdagangan suatu masyarakat tergantung pada transportasi (ship).
Dengan begitu dapat diartikan bahwa perkembangan suatu daerah ataupun
masyarakat/wilayah tergantung pada perkembangan transportasi, atau
sebaliknya, perkembangan transportasi suatu negara dan masyarakat
tergantung pada perkembangan aktivitas atau kegiatan perdagangan, bisnis
dari suatu negara atau masyarakat/wilayah tersebut.
Dengan
demikian, transportasi atau aktivitas bisnis dan perkembangan wilayah
saling mempengaruhi satu dengan yang lainnya. Memajukan satu daerah
memerlukan transportasi, kemajuan suatu daerah membutuhkan transportasi.
Fungsi lain dari transportasi dapat sebagai pembuka isolasi daerah, di
samping sebagai perangsang pembangunan, sarana komunikasi, alat
pemersatu budaya, ekonomi dan politik, serta yang lainnya. Jelas, bahwa
transportasi memiliki nilai strategis bagi suatu wilayah, baik pedesaan,
perkotaan, dan bahkan bagi suatu bangsa dan negara. Nilai strategis
transportasi di sini, terutama nilai ekonomisnya memberi tambahan
kesejahteraan hidup bagi masyarakat. Nilai ekonomi dari transportasi
membuat trasportasi semakin penting dan membutuhkan berbagai macam
kajian.
Nasution
dalam bukunya menjelaskan bahwa, jikalau dikaji dari beberapa aspek,
transportasi mempunyai beberapa peranan yang membawa dampak sesuai
dengan aspek masing-masing, yaitu:
a. Aspek Sosial dan Budaya
Dampak
social dari transportasi dirasakan pada peningkatan standar hidup.
Transportasi menekan biaya dan memperbesar kuantitas keanekaragaman
barang sehingga terbuka kemungkinan adanya pebaikan dalam perumahan,
sandang dan pangan, serta rekreasi. Dampak lain adalah terbukanya
kemungkinan keseragaman dalam gaya hidup, kebiasaan dan bahasa. Dengan
adanya pengangkutan di antara bangsa atau suku bangsa yang berbeda
kebudayaan akan membuat mereka saling mengenal dan menghormati di antara
masing-masing budaya yang berbeda tersebut
Dampak
social lain dari kelancaran transportasi adalah peningkatan pemahaman
dan intelegensi masyarakat. Makin luasnya penyebaran barang, termasuk
bahan bacaan yang berisi informasi budaya masyarakat dan bangsa lain,
makin besarnya pemahaman akan kebudayaan lainnya. Selain itu, makin
mudahnya kontak pribadi, yang membuka peluang interaksi semakin besar,
peluang saling pengertian antar-manusia. Hal demikian berarti makin
kecilnya pergeseran dan ketidak harmonisan.
b. Aspek Politis dan Pertahanan
Transportasi
dapat memperkokoh persatuan dan kesatuan nasional. Transportasi
merupakan alat mobilitas unsur pertahanan dan keamanan yang harus selalu
tersedia. Mobilitas yang tinggi dari aparat keamanan dan masyarakat
melalui lancarnya transportasi akan memberi rasa aman, tentram dan usaha
penegakan hukum. Kasus pelanggaran hukum dapat cepat diselesaikan kalau
gerak dan mobilitas yang melaksanakan dan membina ketentuan hukum itu
terjadi, yang berarti akan menjamin adanya rasa aman dan kepastian hukum
yang dinamis.
Alat
transportasi merupakan suatu wahana yang sanggup memobilisasi seluruh
sumber daya suatu negara yang diarahkan untuk tujuan strategis.
Transportasi yang efisien dapat menjadi wahana yang efektif dalam karya
bhakti dalam proyek-proyek pembangunan yang nyata.
c. Aspek Hukum
Dalam
pengoperasian dan pemilikan alat transportasi diperlukan ketentuan
hukum mengenai hak, kewajiban, dan tanggung jawab serta perasuransian
apabila terjadi kecelakaan lalu lintas, juga terhadap penerbangan luar
negeri yang melewati batas wilayah suatu negara, diatur dalam suatu
perjanjian antarnegara.
d. Aspek Teknik
Hal-hal
yang berkaitan dengan pembangunan dan pengoperasian alat transportasi
adalah menyangkut aspek teknis yang harus menjamin keselamatan dan
keamanan dalam penyelenggaraan angkutan
e. Aspek Ekonomi
Dari
aspek ekonomi, pengangkutan dapat ditinjau dari sudut ekonomi makro dan
ekonomi mikro. Dari sudut ekonomi makro, pengangkutan merupakan salah
satu prasarana yang menunjang pelaksanaan pembangunan nasional,
sedangkan dari sudut ekonomi mikro, pengangkutan dapat dilihat dari
kepentingan dua pihak seperti:
1. Pihak perusahaan pengangkutan (operator)
Pengangkutan merupakan usaha memroduksi jasa angkutan yang dijual kepada pemakai dengan memeroleh keuntungan.
2. Pihak pemakai jasa angkutan (users)
Pengangkutan
sebagai salah satu mata rantai dari arus bahan baku untuk produksi dan
arus distribusi barang jadi yang disalurkan ke pasar serta kebutuhan
pertukaran barang di pasar. Supaya kedua arus ini lancer, jasa angkutan
harus cukup tersedia dan biayanya sebanding dengan seluruh biaya
produksi.
Peranan
transportasi tidak hanya untuk melancarkan arus barang dan mobilitas
manusia, pengangkutan juga membantu tercapainya pengalokasian
sumber-sumber ekonomi secara optimal. Untuk itu, jasa angkutan harus
cukup tersedia secara merata dan terjangkau oleh daya beli masyarakat.
D. Permasalahan Transportasi
Setelah
dikemukakan betapa pentingnya transportasi, maka berikut ini akan
dikemukakan beberapa permasalahan transportasi di Indonesia, terutama
pada daerah perkotaan.
Perkotaan
sebagai wilayah pusat bisnis memerlukan sarana dan prasarana yang lebih
banyak dibanding wilayah pedesaan. Hal ini agar segala kegiatan manusia
di kota dapat di dukung secara memadai. Pada umumnya, permasalahan
transportasi terletak pada ketidakseimbangan antara kebutuhan sarana,
prasarana dan fasilitas transportasi, serta pertumbuhan penduduk dan
juga perkembangan ekonomi suatu daerah atau wilayah.
Sebagai
contoh kota yang memiliki jumlah penduduku yang besar, misalnya
Jakarta, menurut data tahun 2000 memiliki jumlah penduduk 8,4 juta
dengan tingkat pertambahan penduduk 0,2% tiap tahun. Sedangkan
peningktan lalu lintas selama tahun 1993-2000 di bagian timur dan barat
Jakarta mengalami kenaikan 8,1%. Di kota Bandung pertumbuhan kendaraan
mencapai di atas angka 10%, sedangkan pertumbuhan prasarana jalan masih
berkisar 5%. Data tahun 2000, panjang jalan di Bandung sekitar 4.000KM,
dibebani lebih dari 2 juta kendaraan, yang berarti setiap kilo meter
panjang jalan berjejer sekitar lebih dari 200 buah kendaraan dari
berbagai jenis.
Sebagaimana
kondisi dari beberapa kota dan wilayah di atas, masih dijumpai
keberadaan prasarana yang tidak seimbang dengan keberadaan dari sarana
transportasi, selanjutnya sarana transportasi tidak seimbang dengan
fasilitas penunjang transportasidan tidak seimbang dengan pertumbuhan
penduduk, dan juga terdapat ketidak seimbangan dengan perkembangan
ekonomi atau dengan pembangunan wilayah dan daerah.
Selain itu terdapat berbagai masalah lain dari transportasi, yaitu:
1. Polusi Udara
Menurut
UU pokok pengelolaan lingkungan hidup No.4 tahun 1982, polusi adalah
masuknya atau dimasukkannya makhluk hidup, zat energi, dan atau komponen
lain ke dalam lingkungan, atau berubahnya tatanan lingkungan oleh
kegiatan manusia atau oleh proses alam sehingga kualitas lingkungan
turun sampai ke tingkat tertentu yang menyebabkan lingkungan menjadi
kurang atau tidak dapat berfungsi lagi sesuai dengan peruntukannya
Polusi udara adalah kehadiran satu atau lebih substansi fisik, kimia, atau biologi diatmosfer dalam
jumlah yang dapat membahayakan kesehatan manusia, hewan, dan tumbuhan,
mengganggu estetika dan kenyamanan, atau merusak properti.
2. Konsumsi Energi
Bahan bakar adalah material dengan suatu jenis energi yang
bisa diubah menjadi energi berguna lainnya. Bahan bakar yang digunakan
untuk transportasi darat berasal dari BBM atau bahan bakar minyak.
Berdasarkan UU No.22 tahun 2001 tentang minyak dan gas bumi, bahan bakar
minyak adalah bahan bakar yang diolah dan/atau berasal dari minyak
bumi.
Berdasarkan
data dari Kementrian Enerdi dan Sumber Daya Mineral, dalam APBN, volume
BBM bersubsidi tahun 2010 ditetapkan sebesar 36.504.775 kilo liter.
mencapai 40.100.000 kilo liter. Tahun 2009, kuota BBM bersubsidi
ditetapkan 36.854.448 kilo liter, realisasinya mencapai 37.837.611 kilo
liter.
3. Lahan dan Estetika
Lahan
merupakan bagian dari bentang lahan (Lanscape) yang meliputi lingkungan
fisik termasuk iklim, topografi / relief, hidrologi tanah dan keadaan
vegetasi alami yang semuanya secara potensial akan berpengaruh terhadap
penggunaan lahan. Untuk mengatur lahan-lahan di Indonesia agar bisa
digunakan untuk sarana, permukiman maupun prasarana, diperlukan suatu
pola tata guna lahan. Tata Guna Lahan (land use) adalah suatu upaya
dalam merencanakan penggunaan lahan dalam suatu kawasan yang meliputi
pembagian wilayah untuk pengkhususan fungsi-fungsi tertentu.
4. Kemacetan
Kemacetan adalah situasi atau keadaan tersendatnya atau bahkan terhentinya lalu lintas.
Faktor-foktor penyebab kemacetan lalu lintas antara lain: tidak
seimbangnya luas atau kapasitas jalan dengan jumlah kendaraan bermotor,
ledakan penduduk, peningkatan penggunaan kendaraan pribadi, rendahnya
kualitas angkutan umum, kurangnya disiplin dari para pengguna jalan
serta kurangnya penanganan dari pemerintah.
E. Transportasi dan Perannya Terhadap Pertumbuhan Ekonomi
Mengenai peran dan pentingnya transportasi tersebut masing-masing dapat dijelaskan sebagaimana diuraikan sebagai berikut.
- Tersedianya barang
Keunggulan
atau potensi ekonomi suatu daerah berbeda dengan daerah lain, adanya
keunggulan absolute maupun keunggulan komparatif daerah atau negara
tersebut. Efek yang sangat nyata dari adanya transportasi yang baik dan
murah adalah penyediaan atau pengadaan pada masyarakat barang-barang
yang dihasilkan ditempat lain yang tidak dapat dihasilkan setempat,
mengingat kondisi iklim dan keterbatasan sumberdaya alam yang tidak
memungkinkan untuk menghasilkannya atau kalau dihasilkan juga terpaksa
dengan biaya produksi dan harga yang sangat tinggi.
- Stabilisasi dan penyamaan harga
Tingkat
kecepatan distribusi barang mempengaruhi harga barang tersebut, dengan
transportasi yang murah dan mudahnya pergerakan barang dari suatu
lingkungan masyarakat lainnya, maka akan cenderung terjadinya
stsbilisasi dan penyamaan harga dalam keterkaitan satu sama lainnya.
- Penurunan harga
Ongkos
transpor sebagai salah satu unsure dalam pembentukan harga produksi
maupun dalam perannya untuk pengadaan atau penyediaan sumber-sumber
produksi beserta ongkos pemprosesan atau ongkos assembling bahan mentah dan spare parts dalam proses produksi yang bersangkutan.
Dengan
demikian, maka dalam hal ini transport yang tersedia dengan mudah dan
murah akan menurunkan harga barang-barang oleh karena turunnya ongkos
produksi atau biaya pengadaan barang-barang yang bersangkutan akibat
penurunan ongkos transport tersebut, yang antara lain bertalian dengan:
a. Penurunan ongkos pengangkutan dari produsen ke konsumen
b. Penurunan assembling dan ongkos processing dari bahan-bahan mentah dan spare parts yang diperlukan pada industri.
c. Memungkinkan
terjadinya pembagian kerja secara geografis antardaerah ataupun
spesialisasi secara territorial yang menghasilkan efisiensi, dan
lain-lain sebagainya
- Meningkatnya nilai tambah
Banyak lahan pertanian yang tidak menguntungkan (unfrofitable) dan tidak layak (unfeasible)
untuk ditanam bagi usaha pertanian karena hasilnya tidak dapat dijual
ke pasar akibat lokasinya jauh dan ongkos transpornya mahal.
Dengan
tersedianya transportasi yang mudah dan murah pada tanah atau wilayah
yang potensial untuk pengembangan pertanian tersebut akan dapat
dihasilkan produksi pertanian yang menguntungkan sebab
hasil produksinya akan dapat diangkut dan dilemparkanke pasar dengan
kalkulasi ongkos-harga yang menguntungkan. Dengan demikian, maka tanah
atau wilayah yang terpencil dan jauh tempatnya dari pasar tersebut akan
naik nilainya atau rents-nya dibandingkan dengan kondisi sebelumnya.
- Terjadinya spesialisasi antarwilayah
Suatu
daerah akan menspesialisasikan diri dalam produksi barang-barang
tertentu karena dia punya keunggulan (komparatif) tertentu, seperti
tersedianya bahan baku yang berlimpah dan murah, tersedianya permodalan
yang memadai adanya tenaga kerja terampil yang sesuai dan sebagainya
dibandingkan dengan daerah lainnya. Dengan adanya spesialisasi atau
pembagian kerja antar daerah tersebut akan terjadi surplus hasil
produksi karena spesialisasi yang bersangkutan.
- Berkembangnya usaha skala besar
Kegiatan
produksi skala besar biasanya memerlukan sumber produksi dan bahan
mentah yang berasal dari daerah atau wilayah yang jauh untuk didatangkan
ke lokasi pabriknya. Adalah suatu hal yang menguntungkan secara
ekonomis jika pada pabrik atau industry yang bersangkutan dilaksanakan
proses produksinya dengan menggunakan mesin skala besar, khususnya yang
bersifat menghemat tenaga kerja dan memiliki tingkat spesialisasi kerja
yang tinggi.
- Terjadinya urbanisasi dan konsentrasi penduduk
Dengan
tersedianya transportasi yang mudah dan murah akan mendorong timbulnya
pembagian kerja dan spesialisasi antardaerah. Ini akan mendorong
bertumbuh dan berkembangnya serta terkonsentrasinya industry dan
perdagangan dalam skala besar dan menengah.
Kegiatan usaha ekonomi tersebut akan selalu menimbulkan aktivitas yang menyertainya, seperti storing, processing, packaging, advertising, financing, merchandising,
dan kegiatan-kegiatan lainnya yang berkaitan dan ditunjang oleh
tersedianya fasilitas dan kemajuan transportasi yang bersangkutan.
Kesemuaya itu akan cenderung dilaksanakan di pusat-pusat kota (urban centers).
Jadi, dengan demikian akan mengakibatkan tumbuh dan berkembangnya
kota-kota besar disertai dengan urbanisasi penduduk kota-kota industry
dan perdagangan yang berkembang tersebut untuk mencari kerja dan
penghidupannya.
Dengan
ditunjang transportasi yang baik dan lancer, maka akan berkembanglah
kota-kota satelit dan pemukiman pinggiran kota yang orientasi pekerjaan,
usaha, dan kegiatan lainnya kebanyakan juga berada di kota besar yang merupakan pusatnya.
Seiringan
dengan perencanaan pembangunan di Indonesia yaitu MP3EI maka, dapat
dipastikan peran transportasi yang baik sangat dibutuhkan dimana focus
dari MP3EI adalah pembangunan infrasturuktur, yang nantinya akan
berpengaruh terhadap pembangunan infrasuktur yang baik dan memadai. Hal
inilah yang disebut efek berganda (multiplier). Melalui MP3EI.,
diharapkan akan membuka konektivitas penyaluran/distribusi barang dan
jasa di seluruh Indonesia secara khusus dan ASEAN secara umum melalui
transportasi baik di darat, laut, maupun di udara, karena Indonesia
merupakan daerah strategis dalam perdagangan internasional.
DAFTAR PUSTAKA
1. Kamaluddin, Rustian, 2003. Ekonomi Transportasi Karakterisistik, Teori dan Kebijakan. Penerbit Ghalia Indonesia. Jakarta
2. Simbolon, Masri Maringan, 2003. Ekonomi Transportasi. Penerbit Ghalia Indonesia. Jakarta
3. Nasution, M.N, 2008. Manajemen Transportasi. Penerbit Ghalia Indonesia. Jakarta
5. WEF_GlobalCompetitivenessReport_2013-14.pdf
0 komentar:
Posting Komentar