Sabtu, 27 Desember 2014

Transportasi di Indonesia


BAB II
PEMBAHASAN
A.    Pengertian Transportasi

Transportasi berasal dari kata Latin yaitu transportare, yang terdiri dari dua suku kata yaitu “trans” dan “portare”. Di mana  trans berarti seberang atau sebelah lain dan portare berarti mengangkut atau membawa. Jadi, transportasi berarti mengangkut atau membawa sesuatu ke sebelah lain atau dari suatu tempat ke tempat lain. Ini berarti tranportasi merupakan suatu jasa yang diberikan, guna menolong orang dan barang untuk dibawa dari suatu tempat ke tempat lain. Di dalam bahasa Inggris kata transportasi menjadi transportation yang memiliki arti yaitu angkutan, yang menggunakan suatu alat untuk melakukan pekerjaan tersebut, atau dapat pula berarti suatu proses pemindahan manusia atau barang dari suatu tempat ke tempat lain dengan menggunakan suatu alat bantu kendaraan darat, laut, maupun udara, baik umum maupun pribadi dengan menggunakan mesin atau tidak menggunakan mesin. Dengan demikian,
transportasi dapat diberi definisi sebagai usaha dan kegiatan mengangkut atau membawa barang dan/atau penumpang dari suatu tempat ke tempat lain dengan suatu alat bantu kendaraaan darat laut, maupun udara atau tidak memakai alat bantu kendaraan sekalipun.
Rustian Kamaluddin menjelaskan dalam bukunya bahwa ada berbagai rupa transportasi, namun demikian untuk setiap bentuk transportasi itu terdapat empat unsur pokok trasnpor, yaitu:
1.      jalan,
2.      kendaraaan dan alat angkutan,
3.      tenaga penggerak,
4.      terminal.
Dalam hubungan ini, perbaikan transportasi terjadi bilamana dilakukan atau terjadi perbaikan dari salah satu atau lebih dari unsur-unsur transportasi tersebut. Namun demikian, perbaikan system transportasi secara keseluruhan akan dapat pula berlangsung bilamana diusahakan atau terdapat perbaikan dalam organisasi, system, dan pengaturan transportasi yang bersangkutan.
            Pada dasarnya, pengangkutan atau pemindahan penumpang atau barang dengan transportasi adalah dengan maksud untuk dapat mencapai tempat tujuan dan menciptakan/menaikkan utilitas atau kegunaan dari barang yang diangkut. Utilitas yang dimaksud ada dua macam, yaitu:
1.      Utilitas Tempat (Place Utility)
Utilitas tempat dalam hal ini adalah kenaikan/tambahan nilai ekonomi atau nilai kegunaan dari suatu komoditi yang diciptakan dengan mengangkutnya dari suatu tempat/daerah, di mana barang tersebut mempunyai kegunaa yang lebih kecil ke tempat/daerah dimana barang tersebut mempunyai kegunaan yang lebih besar. Dalam hubungan ini, utilitas tempat yang diciptakan biasanya diukur dengan uang (in terms of money) yang pada dasarnya merupakan perbedaaan dari harga barang tersebut pada tempat dimana barang itu dihasilkan atau dimana utilitasnya rendah untuk dipindahkan ke suatu tempat di mana barang tersebut diperlukan atau mempunyai utilitas yang lebih tinggi dalam memenuhi kebutuhan manusia.
2.      Utilitas Waktu
Transportasi akan menyebabkan terciptanya kesanggupan dari barang untuk memenuhi kebutuhan manusia dengan menyediakan barang yang bersangkutan tidak hanya dimana mereka dibutuhkan, tetapi juga pada waktu yang tepat bilamana mereka diperlukan. Hal ini adalah sehubungan dengan terciptanya utilitas yang disebut sebagai time utility atau utilitas waktu. Dalam hal ini time utility berarti disini bahwa dengan transpor tersebut akan dapat diusahakan agar barang-barangnya dapat dipindahkan secepat-cepatnya atau disampaikan ke tempat tujuan (konsumen) tepat pada waktunya.
            Dengan adanya transportasi akan menciptakan time utilty, tetapi yang menjadi titik berat dalam hal ini adalah menciptakan place utility, yaitu pemindahan barang ke tempat lain dimana kebutuhan dan utilitasnya lebih tinggi.



B.     Klasifikasi Transportasi
Transportasi dapat diklasifikasikan menurut macam atau moda atau jenisnya (modes of transportation)yang dapat ditinjau dari segi barang yang diangkut, dari segi geografis transportasi itu berlangsung dan dari sudut teknis serta alat angkutannya.
1.      Dari segi barang yang diangkut
Dari segi barang yang diangkut, transportasi dapat diklasifikasikan sebagai berikut:
a.       Angkutan penumpang (Passanger)
b.      Angkutan barang (goods)
c.       Angkutan pos (mail)
2.      Dari sudut geografis
Ditinjau dari sudut geografis, transportasi dapat dibagi sebagai berikut:
a.       Angkutan antarbenua: misalnya dari Asia ke Amerika
b.      Angkutan antarkontinental: misalnya dari Prancis ke Swiss dan seterusnya sampai ke Timur Tengah
c.       Angkutan antarpulau: misalnya dari Sumatera ke Jawa
d.      Angkutan anntarkota : misalnya dari Jakarta ke Bandung
e.       Angkutan antardaerah: misalnya dari Jawa Barat ke Jawa Timur.
f.       Angkutan di dalam kota: seperti dengan oplet dan bus di kota-kota Medan, Jakarta, Surabaya, dan seterusnya. Jenis angkutan ini disebut sebagai intra-city transportation atau urban transportasi.
3.      Dari sudut teknis dan alat pengangkutannya
a.       Angkutan jalan raya atau highway transportation (road transportation), seperti pengangkutan dengan menggunakan truk, bus, dan sedan.
b.      Pengangkutan rel (rail transportation), yaitu angkutan kereta api, trem listrik dan sebagainya. Pengangkutan jalan raya dan rel kadang-kadang keduanya digabungkan dalam golongan yang disebut rail and road transportation atau land transportation (transportasi darat).
c.       Pengangkutan melalui air di pedalaman (inland transportation), seperti pengangkutan sungai, kanal, danau dan sebagainya.
d.      Pengangkutan pipa (pipe line transportation), seperti transportasi untuk mengangkut atau mengalirkan minyak tanah, bensin, dan air minum.
e.       Pengangkutan laut atau samudera (ocean transportation), yaitu angkutan dengan menggunakan kapal laut yang mengarungi samudera.
f.       Pengangkutan udara (transportation by air atau air transportation), yaitu pengangkutan dengan menggunakan kapal terbang yang melalui jalan raya.

Klasifikasi transportasi dapat ditinjau dari ketiga segi atau unsur sebagimana dikemukakan di atas, namun seringkali orang mengklasifikasikannya dihubungkan dengan empat unsur transportasi, yaitu Jalan, alat angkutan, tenaga penggerak, dan terminal.
Jalan (The Way)
Jalan merupakan suatu kebutuhan yang paling essensial dalam transportasi. Tanpa adanya jalan tak mungkin disediakan jasa transportasi bagi pemakainya. Jalan ditujukan dan disediakan sebagai basis bagi alat angkutan untuk bergerak dari suatu tempat asal ke tempat tujuannya. Unsur jalan dapat berupa jalan raya, jalan kereta api, jalan air, dan jalan udara.
Jalan dapat pula diklasifikasikan menurut jalan alam (natural) dan jalan buatan (artificial). Jalan alam merupakan pemberian alam dan karenanya tersedia bagi setiap orang tanpa (atau hampir tidak) adanya suatu beban ongkos bagi pemakainya, seperti: jalan setapak, sungai, danau dan (jalan) udara. Sedangkan jalan buatan adalah jalan yang dibangun melaui usaha manusia secara sadar dengan sejumlah dana investasi bagi pembiayaan tertentu untuk membuat konstruksinya dan pemeliharaannya.

Alat angkutan atau the Vehicle
Kendaraan dan alat angkutan pada umumnya merupakan unsur transport yang penting lainnya. Perkembangan dan kemajuan jalan dan alat angkutan merupakan dua unsur yang saling memerlukan atau berkaitan satu sama lainnya. Alat angkutan ini dapat dibagi dalam jenis-jenis alat angkutan darat, alat angkutan jalan air, dan alat angkutan udara. Alat angkutan jalan darat dapat berupa gerobak, pedati, bendi, sepeda, sepeda motor, mobil bus, truk, kereta api, trem, dan lain-lain. Alat angkutan melalui air dapat berupa rakit, sampan, kano, kapal layar, kapal uap, dan kapal mesin. Sedangkan alat angkutan udara adalah berbagai rupa jenis pesawat terbang.

Tenaga penggerak atau motive motive power
Yang dimaksud dengan tenaga penggerak disini adalah tenaga atau energi yang dipergunakan untuk menarik atau mendorong alat angkutan. Untuk keperluan ini dapat dipergunakan tenaga manusia, binatang, tenaga uap, batu bara, BBM, tenaga diesel, tenaga listrik, bahkan juga tenaga atom dan tenaga nuklir.
Penggunaan berbagai rupa tenaga penggerak ini telah semakin berkembang sesuai dengan kemajuan dan pemakaian tekologinya di negara dan daerah yang bersangkutan.

Tenaga pemberhentian atau terminal
Terminal adalah tempat dimana suatu perjalanan transportasi dimulai maupun berhenti atau berakahir sebagai tempat tujuannya. Karena itu di terminal disediakan berbagai fasislitas pelayanan penumpang, bongkar dan muat dan lain-lain. Lebih-lebih lagi untuk terminal yang dibuat seperti stasiun kereta api, stasiun bus, bandar udara, dan pelabuhan (laut) adalah perlu disediakan jasa-jasa pemakai yang pantas dan menyenangkan pemakainya.
Sehubungan dengan keempat unsur transportasi yang diuraikan diatas, maka transportasi dapat diklasifikasikan dari sudut jalan atau permukaan jalan yang digunakan, alat angkutan yang dipakai, dan tenaga penggerak yang digunakan. Klasifikasi transportasi ini adalah sebagaimana yang dikemukakan berikut ini:
Transportasi darat atau Land transport

Pembangunan transportasi darat telah diarahkan pada pengembangan keterpaduan transportasi jalan, kereta api, sungai danau dan penyeberangan, di seluruh wilayah tanah air melalui pembangunan sarana dan prasarana, peningkatan manajemen dan pelayanan, aspek keselamatan yang meliputi aspek rekayasa lalu lintas, penegakan hukum, pendidikan dan pelatihan serta publikasi termasuk pembinaan disiplin pemakai jalan, penanggulangan muatan lebih dan kejelasan informasi lalu-lintas angkutan jalan. Transportasi darat ini terdiri atas (1)transpor jalan raya, (2)transport jalan rel atau kereta rel
1.      Transpor jalan raya
Transportasi jalan selama ini mempunyai peran yang sangat penting dan strategis dalam memperlancar roda perekonomian, memperkukuh persatuan dan kesatuan bangsa serta mempengaruhi semua aspek kehidupan bangsa dan negara. Pentingnya transportasi jalan tercermin pada semakin meningkatnya kebutuhan jasa angkutan jalan bagi mobilitas orang serta barang dari dan ke seluruh pelosok tanah air, bahkan dari dan ke luar negeri. Disamping itu, transportasi jalan juga berperan sebagai penunjang, pendorong, dan penggerak bagi pertumbuhan daerah, dalam upaya peningkatan dan pemerataan pembangunan serta hasil hasilnya.
Dilihat dari perkembangan jumlah kendaraan (bus, truk dan mobil penumpang) dengan perkembangan pembangunan jalan, maka nampak rasio jumlah kendaraan dengan panjang jalan (kendaraan per km) setiap tahun menunjukan peningkatan yang semula 12,63 kendaraan/km pada tahun 1995 menjadi 14,07 kendaraan/km pada tahun 1997, selanjutnya menjadi 17,44 kendaraan/km pada tahun 2000 dan 37,40 kendaraan/km pada tahun 2004. Hal ini meng-indikasikan tingkat kejenuhan yang berakibat memburuknya pelayanan jalan.
Dalam transpor jalan raya (road transport) ini meliputi transpor yang menggunakan alat angkutan berupa manusia, binatang, pedati, andong, sepeda, sepeda motor, beca, bus, truk dan kenderaan bermotor lainnya. Jalan yang digunakan untuk transport ini adalah jalan setapak, jalan tanah, jalan kerikil, jalan aspal. Sedangkan tenaga penggerak yang digunakan disini adalah tenaga manusia, tenaga binatang, tenaga uap, BBM, dan diesel.
2.      Transport jalan rel
Di dalam transpor jalan rel (rail transport) ini digunakan alat angkutan berupa kereta api, yang terdiri atas lokomotif, gerbong (kereta barang), dan kereta penumpang. Jalan yang dipergunakan berupa jalan rel baja, baik dua rel maupun mono rel, tenaga penggeraknya disini adalah berupa tenaga uap,diesel, dan tenaga listrik.

Transportasi melalui air
Transportasi melalui air (water transport) terdiri atas dua macam pula yaitu (1) transportasi air dipedalaman, dan (2) tranpor laut
1.      Transportasi  air pedalaman
Transport melaui air pedalaman (inland transport) menggunakan alat angkutan berupa sampan, kano, motor boat dan kapal. Jalan yang dilaluinya adalah sungai, kanal dan danau. Mengenai tenaga penggeraknya adalah pendayung, layar, tenaga uap, BBM, dan diesel.
2.      Transport laut
Di dalam transpor laut (ocean transport) digunakan alat angkutan perahu, kapal api/uap, dan kapal mesin. Jalan yang dilaluinya adalah laut atau samudera dan teluk. Sedangkan tenga penggerak yang digunakan antara lain adalah tenga uap, BBM, diesel.
Pada tahun 1995 jumlah armada kapal barang nasional sebanyak 5.050 unit dan kapal asing sebanyak 6.397 unit. Jumlah muatan dalam negeri yang diangkut kapal nasional 75,478 juta ton (51,45%), sedangkan muatan dalam negeri yang diangkut kapal asing 71,220 juta ton (48,55%). Jumlah muatan ekspor/impor yang diangkut kapal nasional 5,989 juta ton (2,15%), sedangkan muatan ekspor/impor yang diangkut kapal asing 272,231 juta ton (97,85%).
Pada tahun 1999 terjadi peningkatan armada kapal nasional cukup tajam menjadi sebanyak 10.368 unit, sedangkan kapal asing menurun menjadi 6.248 unit. Jumlah muatan dalam negeri yang diangkut kapal nasional sebanyak 90,985 juta ton (50,48%), sedangkan yang diangkut kapal asing sebesar 89,244 juta ton (49,52%). Jumlah muatan ekspor/impor yang diangkut kapal nasional sebanyak 16,236 juta ton (4,79%), sedangkan yang diangkut kapal asing sebesar 322,532 juta ton (95,21%).
Pada kurun waktu 2000 - 2004 kondisi permintaan jasa pelayanan transportasi laut mengalami perubahan baik untuk angkutan barang (sebagian besar menggunakan kontainer) maupun angkutan penumpang. Jumlah muatan angkutan laut barang terus meningkat dengan pertumbuhan rata-rata 5,98% pertahun. Jika muatan pada tahun 2000 berjumlah 516,630 juta ton yang terdiri dari 152,100 juta ton muatan dalam negeri dan 364,530 juta ton muatan ekspor/impor, maka pada tahun 2004 telah meningkat menjadi sebesar 652,643 juta ton yang terdiri dari 187,577 juta ton muatan dalam negeri dan 465,066 juta ton muatan ekspor/impor.
Pangsa armada pelayaran nasional dalam mengangkut muatan dalam negeri pada tahun 2000 sebesar 53,01% (80,630 juta ton) dan pada tahun 2004 meningkat menjadi 54,00% (101,292 juta ton), sedangkan pangsa muatan yang diangkut armada pelayaran asing pada tahun 2000 sebesar 46,99% (71,470 juta ton) dan pada tahun 2004 meningkat menjadi 46,00% (86,285 juta ton).
Pangsa armada pelayaran nasional dalam mengangkut muatan ekspor/impor pada tahun 2000 sebesar 4,62% (16,835 juta ton) dan pada tahun 2004 pangsanya menurun menjadi sebesar 3,50% (16,277 juta ton), sedangkan pangsa armada pelayaran asing pada tahun 2000 sebesar 95,38% (347,695 juta ton) dan pada tahun 2004 meningkat menjadi 96,50% (448,789 juta ton).
Jumlah ruas rute yang dilayani angkutan laut perintis, mulai tahun 2000 sampai dengan 2004 relatif tetap. Jika pada tahun 2000 di kawasan timur Indonesia terdapat 41 rute dan di kawasan barat Indonesia terdapat 7 rute, maka pada tahun 2004 di kawasan timur Indonesia terdapat 39 rute dan di kawasan barat Indonesia terdapat 9 rute.

3.      Transport udara
Transpor udara (air transport) merupakan alat angkutan yang mutakhir dan tercepat. Transport udara ini menggunakan pesawat udara (dengan segala jenisnya) sebgai alat transpor dan udara dan ruang angkasa sebagai jalannya. Tenaga penggerak yang digunakan untuk transportasi udara ini adalah BBM dengan berbagai rupa alat yang digerakkannya.
Pada kurun waktu 1995 - 1999 pelayanan transportasi udara mengalami keterpurukan terkait dengan krisis ekonomi yang terjadi sejak pertengahan tahun 1997. Pada tahun 1995 penumpang penerbangan dalam negeri mencapai 12,22 juta orang, sedangkan pada tahun 1999 menurun tajam menjadi 6,37 juta orang, sehingga terjadi pertumbuhan minus sebesar -12,88% rata-rata per tahun. Pada tahun 1995 penumpang penerbangan luar negeri mencapai 7,8 juta orang dan pada tahun 1999 menjadi 7,9 juta orang, sehingga terjadi pertumbuhan rata-rata sebesar 1% per tahun. Hal ini membuat perusahaan penerbangan mengurangi jumlah armada yang dioperasikan, bahkan mengembalikan pesawat-pesawat sewa, mengurangi rute dan frekuensi penerbangan. Beban perusahaan penerbang-an nasional semakin berat untuk menutup biaya operasi, meskipun telah dilakukan penyesuaian tarif beberapa kali.
Pada tahun 2000 - 2004 sejalan dengan dimulainya kebijakan multi operator angkutan udara nasional, pertumbuhan angkutan penumpang dalam negeri rata-rata sebesar 24,5% per tahun dimana jumlah penumpang pada tahun tahun 2000 sebesar 7,62 juta orang menjadi 23,76 juta orang pada tahun 2004, sedangkan untuk penumpang angkutan udara luar negeri pada tahun 2000 sampai dengan tahun 2004 mengalami petumbuhan rata-rata sebesar 5,163% per tahun yaitu dari sebesar 2,4 juta orang pada tahun 2000 menjadi sebesar 2,76 juta orang pada tahun 2004.
Sementara itu pertumbuhan permintaan jasa angkutan barang/cargo udara dalam negeri pada kurun waktu tahun 2000 - 2004 mengalami penurunan rata-rata sebesar 75% yaitu sebesar 119.546 ton pada tahun 2000 menjadi sebesar 208.902 ton tahun 2004. Jumlah kargo luar negeri pada tahun 2000 sebesar 58,886 ton menjadi sebesar 50,429 ton pada tahun 2004 atau mengalami penurunan rata-rata sebesar 2,33% per tahun. (catatan: data statistik transportasi udara menggunakan data yang diangkut oleh airline nasional)
Rute dan jaringan penerbangan dalam dan luar negeri bagi perusahaan angkutan udara diatur dalam Peraturan Pemerintah RI No. 40 tahun 1995 tentang Angkutan Udara dan terakhir dengan Keputusan Menteri Perhubungan Nomor 81 tahun 2004 tentang Penyelenggaraan Angkutan Udara. Struktur rute penerbangan dalam negeri terbagi atas
rute utama, rute pengumpan, dan rute perintis. Rute utama berfungsi menghubungkan antar bandar udara pusat penyebaran, Rute Pengumpan sebagai penunjang rute utama yang menghubungkan antara bandara pusat penyebaran dengan bandara bukan penyebaran dan atau menghubungkan antara bandara bukan pusat penyebaran dan rute perintis berfungsi menghubungkan daerah terpencil dan pedalaman serta daerah yang sukar terhubungi oleh moda transportasi lain.
Posisi tahun 2004 jumlah rute utama yang diterbangi sebanyak 201 rute, dengan rute perintis sebanyak 83 rute. Jaringan dan rute penerbangan internasional ditetapkan dalam Keputusan Menteri Perhubungan berdasarkan perjanjian bilateral atau multilateral dengan mempertim-bangkan demand/permintaan jasa angkutan udara, jaringan dan rute penerbangan dalam negeri, asas cabotage dan asas resiprositas (timbal balik).
Sampai dengan tahun 2004 Indonesia telah mengadakan perjanjian hubungan udara bilateral dengan 67 negara mitra wicara, sedangkan untuk perjanjian hubungan udara multilateral Indonesia telah melakukan perjanjian dalam beberapa tingkat yaitu Sub Regional seperti IMT-GT dan BIMP-EAGA; Regional (ASEAN); Asia Pasifik (APEC) dan tingkat Global (WTO/GATTs). Dalam implementasinya, perusahaan penerbangan mengacu kepada hasil perjanjian baik bilateral maupun multilateral.
Dalam transportasi udara, bandar udara merupakan prasarana yang berfungsi sebagai simpul dalam jaringan transportasi udara dan sesuai hirarkinya berfungsi sebagai pintu gerbang kegiatan perekonomian nasional dan internasional serta sebagai tempat alih moda transportasi. Berdasarkan Hirarki fungsinya bandar udara dibagi menjadi 2, yaitu bandar udara pusat penyebaran dan bandar udara bukan pusat penyebaran. Sampai dengan tahun 2004 telah dioperasikan bandar udara umum berjumlah 187 bandara, yang terdiri dari 23 bandar udara diantaranya dikelola oleh BUMN (PT. Angkasa Pura I dan II) dan 164 dioperasikan oleh Pemerintah Pusat.
Dalam rangka pelaksanaan otonomi daerah konsep Departemen Perhubungan adalah 137 bandar udara diserahkan pengoperasiannya kepada pemerintah Kabu-paten/Kota sebagai tugas desentralisasi (terdapat 12 Pemerintah Kabupaten/Kota yang telah menyatakan kesanggupan untuk menerima penyerahan bandar udara) dan 26 bandar udara dikelola oleh Pemerintah pusat termasuk (1 Teaching Airport di Curug dan 1 Bandar Udara Otorita Batam).
C.     Peranan dan Pentingnya Transportasi
            Transportasi merupakan unsur yang penting dan berfungsi sebagai urat nadi kehidupan dan perkembangan ekonomi, social, politik dan mobilitas penduduk yang tumbuh bersamaan dan mengikuti perkembangan yang terjadi dalam berbagai bidang dan sector tersebut. Hubungan antara kemajuan berbagai aspek jasa tansportasi ini adalah berkaitan erat sekali dan saling bergantung satu sama lain.
            Transportasi memegang peranan penting dalam dinamika masyarakat bahkan dinamika negara dan bangsa, baik dalam kehidupan sehari-hari, kehidupan budaya, kehidupan politik, terutama dalam kehidupan social ekonomi.
            Dalam dunia transportasi terdapat ungkapan “… ship follow the trade and trade follow the ship …”. Kata ship follow the trade mengandung makna bahwa transportasi (ship) mengikuti perkembangan maupun kemajuan aktifitas perdagangan masyarakat. Dan kata trade follow the ship berarti pula bahwa perkembangan kegiatan perdagangan suatu masyarakat tergantung pada transportasi (ship). Dengan begitu dapat diartikan bahwa perkembangan suatu daerah ataupun masyarakat/wilayah tergantung pada perkembangan transportasi, atau sebaliknya, perkembangan transportasi suatu negara dan masyarakat tergantung pada perkembangan aktivitas atau kegiatan perdagangan, bisnis dari suatu negara atau masyarakat/wilayah tersebut.
            Dengan demikian, transportasi atau aktivitas bisnis dan perkembangan wilayah saling mempengaruhi satu dengan yang lainnya. Memajukan satu daerah memerlukan transportasi, kemajuan suatu daerah membutuhkan transportasi. Fungsi lain dari transportasi dapat sebagai pembuka isolasi daerah, di samping sebagai perangsang pembangunan, sarana komunikasi, alat pemersatu budaya, ekonomi dan politik, serta yang lainnya. Jelas, bahwa transportasi memiliki nilai strategis bagi suatu wilayah, baik pedesaan, perkotaan, dan bahkan bagi suatu bangsa dan negara. Nilai strategis transportasi di sini, terutama nilai ekonomisnya memberi tambahan kesejahteraan hidup bagi masyarakat. Nilai ekonomi dari transportasi membuat trasportasi semakin penting dan membutuhkan berbagai macam kajian.
            Nasution dalam bukunya menjelaskan bahwa, jikalau dikaji dari beberapa aspek, transportasi mempunyai beberapa peranan yang membawa dampak sesuai dengan aspek masing-masing, yaitu:
a.       Aspek Sosial dan Budaya
Dampak social dari transportasi dirasakan pada peningkatan standar hidup. Transportasi menekan biaya dan memperbesar kuantitas keanekaragaman barang sehingga terbuka kemungkinan adanya pebaikan dalam perumahan, sandang dan pangan, serta rekreasi. Dampak lain adalah terbukanya kemungkinan keseragaman dalam gaya hidup, kebiasaan dan bahasa. Dengan adanya pengangkutan di antara bangsa atau suku bangsa yang berbeda kebudayaan akan membuat mereka saling mengenal dan menghormati di antara masing-masing budaya yang berbeda tersebut
Dampak social lain dari kelancaran transportasi adalah peningkatan pemahaman dan intelegensi masyarakat. Makin luasnya penyebaran barang, termasuk bahan bacaan yang berisi informasi budaya masyarakat dan bangsa lain, makin besarnya pemahaman akan kebudayaan lainnya. Selain itu, makin mudahnya kontak pribadi, yang membuka peluang interaksi semakin besar, peluang saling pengertian antar-manusia. Hal demikian berarti makin kecilnya pergeseran dan ketidak harmonisan.
b.      Aspek Politis dan Pertahanan
Transportasi dapat memperkokoh persatuan dan kesatuan nasional. Transportasi merupakan alat mobilitas unsur pertahanan dan keamanan yang harus selalu tersedia. Mobilitas yang tinggi dari aparat keamanan dan masyarakat melalui lancarnya transportasi akan memberi rasa aman, tentram dan usaha penegakan hukum. Kasus pelanggaran hukum dapat cepat diselesaikan kalau gerak dan mobilitas yang melaksanakan dan membina ketentuan hukum itu terjadi, yang berarti akan menjamin adanya rasa aman dan kepastian hukum yang dinamis.
Alat transportasi merupakan suatu wahana yang sanggup memobilisasi seluruh sumber daya suatu negara yang diarahkan untuk tujuan strategis. Transportasi yang efisien dapat menjadi wahana yang efektif dalam karya bhakti dalam proyek-proyek pembangunan yang nyata.


c.       Aspek Hukum
Dalam pengoperasian dan pemilikan alat transportasi diperlukan ketentuan hukum mengenai hak, kewajiban, dan tanggung jawab serta perasuransian apabila terjadi kecelakaan lalu lintas, juga terhadap penerbangan luar negeri yang melewati batas wilayah suatu negara, diatur dalam suatu perjanjian antarnegara.
d.      Aspek Teknik
Hal-hal yang berkaitan dengan pembangunan dan pengoperasian alat transportasi adalah menyangkut aspek teknis yang harus menjamin keselamatan dan keamanan dalam penyelenggaraan angkutan
e.       Aspek Ekonomi
Dari aspek ekonomi, pengangkutan dapat ditinjau dari sudut ekonomi makro dan ekonomi mikro. Dari sudut ekonomi makro, pengangkutan merupakan salah satu prasarana yang menunjang pelaksanaan pembangunan nasional, sedangkan dari sudut ekonomi mikro, pengangkutan dapat dilihat dari kepentingan dua pihak seperti:
1.      Pihak perusahaan pengangkutan (operator)
Pengangkutan merupakan usaha memroduksi jasa angkutan yang dijual kepada pemakai dengan memeroleh keuntungan.
2.      Pihak pemakai jasa angkutan (users)
Pengangkutan sebagai salah satu mata rantai dari arus bahan baku untuk produksi dan arus distribusi barang jadi yang disalurkan ke pasar serta kebutuhan pertukaran barang di pasar. Supaya kedua arus ini lancer, jasa angkutan harus cukup tersedia dan biayanya sebanding dengan seluruh biaya produksi.
            Peranan transportasi tidak hanya untuk melancarkan arus barang dan mobilitas manusia, pengangkutan juga membantu tercapainya pengalokasian sumber-sumber ekonomi secara optimal. Untuk itu, jasa angkutan harus cukup tersedia secara merata dan terjangkau oleh daya beli masyarakat.


D.    Permasalahan Transportasi
            Setelah dikemukakan betapa pentingnya transportasi, maka berikut ini akan dikemukakan beberapa permasalahan transportasi di Indonesia, terutama pada daerah perkotaan.
            Perkotaan sebagai wilayah pusat bisnis memerlukan sarana dan prasarana yang lebih banyak dibanding wilayah pedesaan. Hal ini agar segala kegiatan manusia di kota dapat di dukung secara memadai. Pada umumnya, permasalahan transportasi terletak pada ketidakseimbangan antara kebutuhan sarana, prasarana dan fasilitas transportasi, serta pertumbuhan penduduk dan juga perkembangan ekonomi suatu daerah atau wilayah.
            Sebagai contoh kota yang memiliki jumlah penduduku yang besar, misalnya Jakarta, menurut data tahun 2000 memiliki jumlah penduduk 8,4 juta dengan tingkat pertambahan penduduk 0,2% tiap tahun. Sedangkan peningktan lalu lintas selama tahun 1993-2000 di bagian timur dan barat Jakarta mengalami kenaikan 8,1%. Di kota Bandung pertumbuhan kendaraan mencapai di atas angka 10%, sedangkan pertumbuhan prasarana jalan masih berkisar 5%. Data tahun 2000, panjang jalan di Bandung sekitar 4.000KM, dibebani lebih dari 2 juta kendaraan, yang berarti setiap kilo meter panjang jalan berjejer sekitar lebih dari 200 buah kendaraan dari berbagai jenis.
            Sebagaimana kondisi dari beberapa kota dan wilayah di atas, masih dijumpai keberadaan prasarana yang tidak seimbang dengan keberadaan dari sarana transportasi, selanjutnya sarana transportasi tidak seimbang dengan fasilitas penunjang transportasidan tidak seimbang dengan pertumbuhan penduduk, dan juga terdapat ketidak seimbangan dengan perkembangan ekonomi atau dengan pembangunan wilayah dan daerah.
            Selain itu terdapat berbagai masalah lain dari transportasi, yaitu:
1.      Polusi Udara
Menurut UU pokok pengelolaan lingkungan hidup No.4 tahun 1982, polusi adalah masuknya atau dimasukkannya makhluk hidup, zat energi, dan atau komponen lain ke dalam lingkungan, atau berubahnya tatanan lingkungan oleh kegiatan manusia atau oleh proses alam sehingga kualitas lingkungan turun sampai ke tingkat tertentu yang menyebabkan lingkungan menjadi kurang atau tidak dapat berfungsi lagi sesuai dengan peruntukannya
Polusi udara adalah kehadiran satu atau lebih substansi fisikkimia, atau biologi diatmosfer dalam jumlah yang dapat membahayakan kesehatan manusia, hewan, dan tumbuhan, mengganggu estetika dan kenyamanan, atau merusak properti.
2.       Konsumsi Energi
Bahan bakar adalah material dengan suatu jenis energi yang bisa diubah menjadi energi berguna lainnya. Bahan bakar yang digunakan untuk transportasi darat berasal dari BBM atau bahan bakar minyak. Berdasarkan UU No.22 tahun 2001 tentang minyak dan gas bumi, bahan bakar minyak adalah bahan bakar yang diolah dan/atau berasal dari minyak bumi.
Berdasarkan data dari Kementrian Enerdi dan Sumber Daya Mineral, dalam APBN, volume BBM bersubsidi tahun 2010 ditetapkan sebesar 36.504.775 kilo liter. mencapai 40.100.000 kilo liter. Tahun 2009, kuota BBM bersubsidi ditetapkan 36.854.448 kilo liter, realisasinya mencapai 37.837.611 kilo liter.
3.       Lahan dan Estetika
Lahan merupakan bagian dari bentang lahan (Lanscape) yang meliputi lingkungan fisik termasuk iklim, topografi / relief, hidrologi tanah dan keadaan vegetasi alami yang semuanya secara potensial akan berpengaruh terhadap penggunaan lahan. Untuk mengatur lahan-lahan di Indonesia agar bisa digunakan untuk sarana, permukiman maupun prasarana, diperlukan suatu pola tata guna lahan. Tata Guna Lahan (land use) adalah  suatu upaya dalam merencanakan penggunaan lahan dalam suatu kawasan yang meliputi pembagian wilayah untuk pengkhususan fungsi-fungsi tertentu.
4.      Kemacetan
Kemacetan adalah situasi atau keadaan tersendatnya atau bahkan terhentinya lalu lintas. Faktor-foktor penyebab kemacetan lalu lintas antara lain: tidak seimbangnya luas atau kapasitas jalan dengan jumlah kendaraan bermotor, ledakan penduduk, peningkatan penggunaan kendaraan pribadi, rendahnya kualitas angkutan umum, kurangnya disiplin dari para pengguna jalan serta kurangnya penanganan dari pemerintah.





E.     Transportasi dan Perannya Terhadap Pertumbuhan Ekonomi
            Mengenai peran dan pentingnya transportasi tersebut masing-masing dapat dijelaskan sebagaimana diuraikan sebagai berikut.
-          Tersedianya barang
Keunggulan atau potensi ekonomi suatu daerah berbeda dengan daerah lain, adanya keunggulan absolute maupun keunggulan komparatif daerah atau negara tersebut. Efek yang sangat nyata dari adanya transportasi yang baik dan murah adalah penyediaan atau pengadaan pada masyarakat barang-barang yang dihasilkan ditempat lain yang tidak dapat dihasilkan setempat, mengingat kondisi iklim dan keterbatasan sumberdaya alam yang tidak memungkinkan untuk menghasilkannya atau kalau dihasilkan juga terpaksa dengan biaya produksi dan harga yang sangat tinggi.
-          Stabilisasi dan penyamaan harga
Tingkat kecepatan distribusi barang mempengaruhi harga barang tersebut, dengan transportasi yang murah dan mudahnya pergerakan barang dari suatu lingkungan masyarakat lainnya, maka akan cenderung terjadinya stsbilisasi dan penyamaan harga dalam keterkaitan satu sama lainnya.
-          Penurunan harga
Ongkos transpor sebagai salah satu unsure dalam pembentukan harga produksi maupun dalam perannya untuk pengadaan atau penyediaan sumber-sumber produksi beserta ongkos pemprosesan atau ongkos assembling bahan mentah dan spare parts dalam proses produksi yang bersangkutan.
Dengan demikian, maka dalam hal ini transport yang tersedia dengan mudah dan murah akan menurunkan harga barang-barang oleh karena turunnya ongkos produksi atau biaya pengadaan barang-barang yang bersangkutan akibat penurunan ongkos transport tersebut, yang antara lain bertalian dengan:
a.       Penurunan ongkos pengangkutan dari produsen ke konsumen
b.      Penurunan assembling dan ongkos processing dari bahan-bahan mentah dan spare parts yang diperlukan pada industri.
c.       Memungkinkan terjadinya pembagian kerja secara geografis antardaerah ataupun spesialisasi secara territorial yang menghasilkan efisiensi, dan lain-lain sebagainya
-          Meningkatnya nilai tambah
Banyak lahan pertanian yang tidak menguntungkan (unfrofitable) dan tidak layak (unfeasible) untuk ditanam bagi usaha pertanian karena hasilnya tidak dapat dijual ke pasar akibat lokasinya jauh dan ongkos transpornya mahal.
Dengan tersedianya transportasi yang mudah dan murah pada tanah atau wilayah yang potensial untuk pengembangan pertanian tersebut akan dapat dihasilkan produksi pertanian yang menguntungkan  sebab hasil produksinya akan dapat diangkut dan dilemparkanke pasar dengan kalkulasi ongkos-harga yang menguntungkan. Dengan demikian, maka tanah atau wilayah yang terpencil dan jauh tempatnya dari pasar tersebut akan naik nilainya atau rents-nya dibandingkan dengan kondisi sebelumnya.

-          Terjadinya spesialisasi antarwilayah
Suatu daerah akan menspesialisasikan diri dalam produksi barang-barang tertentu karena dia punya keunggulan (komparatif) tertentu, seperti tersedianya bahan baku yang berlimpah dan murah, tersedianya permodalan yang memadai adanya tenaga kerja terampil yang sesuai dan sebagainya dibandingkan dengan daerah lainnya. Dengan adanya spesialisasi atau pembagian kerja antar daerah tersebut akan terjadi surplus hasil produksi karena spesialisasi yang bersangkutan.
-          Berkembangnya usaha skala besar
Kegiatan produksi skala besar biasanya memerlukan sumber produksi dan bahan mentah yang berasal dari daerah atau wilayah yang jauh untuk didatangkan ke lokasi pabriknya. Adalah suatu hal yang menguntungkan secara ekonomis jika pada pabrik atau industry yang bersangkutan dilaksanakan proses produksinya dengan menggunakan mesin skala besar, khususnya yang bersifat menghemat tenaga kerja dan memiliki tingkat spesialisasi kerja yang tinggi.

-          Terjadinya urbanisasi dan konsentrasi penduduk
Dengan tersedianya transportasi yang mudah dan murah akan mendorong timbulnya pembagian kerja dan spesialisasi antardaerah. Ini akan mendorong bertumbuh dan berkembangnya serta terkonsentrasinya industry dan perdagangan dalam skala besar dan menengah.
Kegiatan usaha ekonomi tersebut akan selalu menimbulkan aktivitas yang menyertainya, seperti storing, processing, packaging, advertising, financing, merchandising, dan kegiatan-kegiatan lainnya yang berkaitan dan ditunjang oleh tersedianya fasilitas dan kemajuan transportasi yang bersangkutan.
Kesemuaya itu akan cenderung dilaksanakan di pusat-pusat kota (urban centers). Jadi, dengan demikian akan mengakibatkan tumbuh dan berkembangnya kota-kota besar disertai dengan urbanisasi penduduk kota-kota industry dan perdagangan yang berkembang tersebut untuk mencari kerja dan penghidupannya.
Dengan ditunjang transportasi yang baik dan lancer, maka akan berkembanglah kota-kota satelit dan pemukiman pinggiran kota yang orientasi pekerjaan, usaha, dan kegiatan  lainnya kebanyakan juga berada di kota besar yang merupakan pusatnya.

Seiringan dengan perencanaan pembangunan di Indonesia yaitu MP3EI maka, dapat dipastikan peran transportasi yang baik sangat dibutuhkan dimana focus dari MP3EI adalah pembangunan infrasturuktur, yang nantinya akan berpengaruh terhadap pembangunan infrasuktur yang baik dan memadai. Hal inilah yang disebut efek berganda (multiplier). Melalui MP3EI., diharapkan akan membuka konektivitas penyaluran/distribusi barang dan jasa di seluruh Indonesia secara khusus dan ASEAN secara umum melalui transportasi baik di darat, laut, maupun di udara, karena Indonesia merupakan daerah strategis dalam perdagangan internasional.


DAFTAR PUSTAKA
1.    Kamaluddin, Rustian, 2003. Ekonomi Transportasi Karakterisistik, Teori dan Kebijakan. Penerbit Ghalia Indonesia. Jakarta
2.    Simbolon, Masri Maringan, 2003. Ekonomi Transportasi. Penerbit Ghalia Indonesia. Jakarta
3.    Nasution, M.N, 2008. Manajemen Transportasi. Penerbit Ghalia Indonesia. Jakarta
4.    RPJP Transportasi Indonesia www.dephub.go.id
5.    WEF_GlobalCompetitivenessReport_2013-14.pdf






                                                                 

0 komentar:

Posting Komentar