Nah, sekarang
kita akan membahas tentang “Berbuat Baik”, dalam series Jangan Lupa. Sebelum masuk pada inti bahasan, kita harus tahu dulu
apa itu berbuat baik. Semua pasti tahu, tanpa diajarkan sekalipun kita akan
tahu maksud dari pernyataan berbuat baik, karena mungkin itu adalah
naluri
alamiah yang diinginkan manusia, adanya sesuatu yang mendatangkan keuntungan
atau kebaikan bagi dirinya. Yang menjadi permasalahan adalah ketika “baik” menjadi kabur standardnya,
karena keberdosaan manusia, semua mempunyai pengertian masing-masing akan
kebaikan. Sampai-sampai sesuatu yang buruk bisa dipoles sedemikian rupa menjadi
suatu kebaikan, dan anehnya menguntungkan bagi dirinya dan orang lain juga,
contohnya: berbohong demi kebaikan. Tentu hal ini adalah hal yang salah. Kasus lainnya adalah semakin
jarangnya orang bersimpati ataupun berempati, hal ini dikarenakan semakin banyaknya
orang yang mementingkan diri sendiri, yang berakibat pada hal yang fatal, yaitu
mencintai diri sendiri (bdk. 2 Tim. 3:2). Maka dari itu perlunya suatu gerakan
penyadaran akan sesama untuk berbuat baik. Saya akan bercerita apa yang saya pelajari
dari naskah kitab suci dalam Galatia 6:1-10.
Surat Galatia ditulis oleh Rasul Paulus kepada jemaat di Galatia. Jemaat
yang sudah pernah mendengar Injil Yesus, yang juga menerima pengajaran lain
dari beberapa orang yang menentang Paulus. Mereka mengajarkan bahwa untuk
menjadi Kristen sejati harus menaati juga hukum Yahudi. Surat ini ditulis untuk
menolong orang-orang yang telah disesatkan oleh ajaran-ajaran palsu, supaya
mereka kembali taat ke ajaran yang benar (Gal. 1:6). Dalam keseluruhan pasal
dalam surat ini, Paulus mengatakan bahwa tugasnya ditujukan untuk orang yang
bukan Yahudi (pasal 1-2). Dan bahwa hubungan manusia dengan Tuhan dapat
diperbaharui hanya melalui percaya kepada Kristus yang menyelamatkan dan menebus dari dosa (pasal 3-4). Dalam pasal
5-6, adalah penjelasan terhadap cinta kasih yang timbul dari iman kepada Yesus
Kristus.
Paulus memulai tulisannya pada pasal ke 6, dengan kata-kata “Kalaupun
seorang kedapatan melakukan suatu pelanggaran…”. Dalam kalimat tersebut
terdapat kata “pelanggaran”, pelanggaran apa yang dimaksudkan oleh Paulus?. Pada
Galatia 5:18-21, ada beberapa contoh pelanggaran yang dimaksudkan oleh Paulus,
seperti percabulan, kecemaran, hawa nafsu, kepentingan diri sendiri, amarah dan
yang lainnya. Maka Paulus menegaskan pada ayat selanjutnya, bahwa mereka harus
hidup dalam Roh, yang mendatangkan buah-buah Roh itu sendiri (Kasih, sukacita, damai
sejahtera, dsb). Dengan ini, Paulus ingin menegaskan bahwa cinta kasih yang
kita terima dari Allah, harus nyata dalam kehidupan kita pribadi bahkan dengan sesama.
Pada ayat 1-10, Paulus menuliskan prinsip hidup yang benar dengan berbuat baik
kepada sesama berlandaskan kasih Kristus:
1)
Memimpin orang
yang salah ke jalan yang benar
Kata “memimpin”
(NIV: restore/memulihkan) artinya, tidak hanya memimpin seseorang yang salah
untuk “tahu” jalan yang benar, tetapi sampai kepada tahap bahwa orang tersebut “hidup”
di jalan yang benar dengan memiliki relasi kepada Kristus. Orang-orang yang
memiliki kehidupan rohani dengan relasi kepada Kristus, harus mempunyai
keberanian untuk melakukan tindakan kasih, untuk membawa orang-orang yang belum
mengenal Kristus dan merasakan kasih-Kristus kepada Kristus. Memimpin mereka
untuk hidup di jalan Tuhan.
2)
Bertolong-tolongan
menanggung beban
Artinya bukan
hanya menanggung beban yang ada pada kita, melainkan lebih daripada itu. Kita sebagai
anggota tubuh Kristus harus rela untuk menolong orang lain dengan merasakan dan
membantu untuk mengurangi beban sesama kita baik kepada sesama kita yang seiman,
karena kita adalah anggota tubuh Kristus (1 Kor. 12:26), juga kepada sesama kita
yang tidak seiman, karena kita diajarkan untuk mengasihi sesama sebagai wujud
kasih kita kepada Allah. Bertolong-tolongan artinya ada kegiatan serentak dari
beberapa orang untuk mencapai tujuan saling melengkapi, saling membantu yang
lemah dan kesusahan.
3)
Membagi segala
sesuatu yang ada pada kita
Tidak mementingkan diri
sendiri, sungguh sangat kontras dengan apa yang terjadi pada zaman ini, dimana
orang-orang hanya hidup untuk kepentingan diri sendiri. Rela berbagi apa yang
kita punya kepada sesama kita. Jemaat mula-mula telah melakukan dan
meninggalkan suatu teladan yang baik di dalam hidup berjemaat dan
bermasyarakat, mereka rela berbagi makanan, bahkan yang mempunya harta rela
menjual hartanya dan dibagi-bagikan ke seluruh jemaat, segala kepunyaan mereka
adalah kepunyaan bersama (Kis. 2:42-45). Ciri hidup yang akhirnya menjadi
kesukaan bagi semua orang, dimana orang lain merasakan berkat melalui hidup
jemaat mula-mula, kiranya begitulah hidup kita.
Dalam prinsip hidup yang benar yang dituliskan, Paulus juga menuliskan
bahwa ketika kita melakukan suatu perbuatan baik, kita harus mewaspadai hal-hal
berikut:
1)
Pencobaan
Seringkali ketika
kita membantu orang yang lemah atau hidupnya salah, kita tidak sadar diri bahwa
kita juga dulu adalah orang-orang yang demikian (bdk. Ef. 2:1-3). Pada akhirnya
menimbulkan pencobaan bagi diri kita sendiri yang berakibat pada dosa yang
mungkin kesombongan pribadi karena telah bias mengubah hidup orang lain, atau
mungkin terjerumus kedalam kehidupan orang yang kita tolong. Mengubah hati
manusia, adalah pekerjaan Allah,orang percaya hanya alat untuk menyadarkan
manusia lainnya yang hidupnya melenceng dari jalan Tuhan.
2)
Menyangka
diri berarti/penting (bdk. 1 Kor. 4:7)
Kejatuhan orang
percaya seringkali berada pada titik ini. Karena terlalu sering membantu orang
lain, kita merasa diri kita dibutuhkan dan merasa diri kita ini penting bagi
mereka, yang alhasil membuat kita jatuh pada memegahkan diri walau tidak
diucapkan melalui bibir. Padahal kita adalah alat Tuhan untuk menyalurkan
kasih-Nya kepada sesame dalam dunia ini.
3)
Bermegah atas
orang lain
Menurut KBBI, bermegah
suatu tindakan untuk membanggakan atau menyombongkan diri, atau berlaku ingin
lebih megah dari yang lain. Kejatuhan membantu orang lain dengan hati yang
tidak murni akan menimbulkan kesombongan dan membuat kita mungkin bepikir: “karena
kita orang lain bias tertolong”. Oleh karena itu, kita perlu menguji pekerjaan
kita, apakah yang kita kerjakan dengan setulus hati atau tidak.
Paulus menutup suratnya, dengan menuliskan “jangan jemu-jemu berbuat
baik”, artinya tidak bosan-bosannya untuk melakukan pekerjaan baik kepada sesama
yang sudah Allah persiapkan sebelumnya (Ef. 2:10). Kita diperlayakkan Allah
untuk menyalurkan kasih-Nya, karena kita sudah merasakan kasih-Nya terlebih
dahulu dalam hidup kita. Hendaknya teladan Tuhan kita Yesus Kristus, kita
lakukan dan hendaknya hidup kita menjadi seberkas cahaya yang tidak pernah
padam dalam dunia yang gelap ini
Jangan jemu-jemu untuk menyalurkan cinta kasih Allah kepada sesama kita
selama masih ada waktu dan kesempatan.
Jangan lupa berbuat baik
Tuhan Yesus Memberkati
Semoga bermanfaat…
0 komentar:
Posting Komentar