Selasa, 13 September 2016

Jangan Lupa Berbuat Baik (Refleksi Galatia 6:1-10)





 Nah, sekarang kita akan membahas tentang “Berbuat Baik”, dalam series Jangan Lupa. Sebelum masuk pada inti bahasan, kita harus tahu dulu apa itu berbuat baik. Semua pasti tahu, tanpa diajarkan sekalipun kita akan tahu maksud dari pernyataan berbuat baik, karena mungkin itu adalah
naluri alamiah yang diinginkan manusia, adanya sesuatu yang mendatangkan keuntungan atau kebaikan bagi dirinya. Yang menjadi permasalahan adalah ketika “baik” menjadi kabur standardnya, karena keberdosaan manusia, semua mempunyai pengertian masing-masing akan kebaikan. Sampai-sampai sesuatu yang buruk bisa dipoles sedemikian rupa menjadi suatu kebaikan, dan anehnya menguntungkan bagi dirinya dan orang lain juga, contohnya: berbohong demi kebaikan. Tentu hal ini adalah hal yang salah. Kasus lainnya adalah semakin jarangnya orang bersimpati ataupun berempati, hal ini dikarenakan semakin banyaknya orang yang mementingkan diri sendiri, yang berakibat pada hal yang fatal, yaitu mencintai diri sendiri (bdk. 2 Tim. 3:2). Maka dari itu perlunya suatu gerakan penyadaran akan sesama untuk berbuat baik. Saya akan bercerita apa yang saya pelajari dari naskah kitab suci dalam Galatia 6:1-10.
Surat Galatia ditulis oleh Rasul Paulus kepada jemaat di Galatia. Jemaat yang sudah pernah mendengar Injil Yesus, yang juga menerima pengajaran lain dari beberapa orang yang menentang Paulus. Mereka mengajarkan bahwa untuk menjadi Kristen sejati harus menaati juga hukum Yahudi. Surat ini ditulis untuk menolong orang-orang yang telah disesatkan oleh ajaran-ajaran palsu, supaya mereka kembali taat ke ajaran yang benar (Gal. 1:6). Dalam keseluruhan pasal dalam surat ini, Paulus mengatakan bahwa tugasnya ditujukan untuk orang yang bukan Yahudi (pasal 1-2). Dan bahwa hubungan manusia dengan Tuhan dapat diperbaharui hanya melalui percaya kepada Kristus yang menyelamatkan dan  menebus dari dosa (pasal 3-4). Dalam pasal 5-6, adalah penjelasan terhadap cinta kasih yang timbul dari iman kepada Yesus Kristus.
Paulus memulai tulisannya pada pasal ke 6, dengan kata-kata “Kalaupun seorang kedapatan melakukan suatu pelanggaran…”. Dalam kalimat tersebut terdapat kata “pelanggaran”, pelanggaran apa yang dimaksudkan oleh Paulus?. Pada Galatia 5:18-21, ada beberapa contoh pelanggaran yang dimaksudkan oleh Paulus, seperti percabulan, kecemaran, hawa nafsu, kepentingan diri sendiri, amarah dan yang lainnya. Maka Paulus menegaskan pada ayat selanjutnya, bahwa mereka harus hidup dalam Roh, yang mendatangkan buah-buah Roh itu sendiri (Kasih, sukacita, damai sejahtera, dsb). Dengan ini, Paulus ingin menegaskan bahwa cinta kasih yang kita terima dari Allah, harus nyata dalam kehidupan kita pribadi bahkan dengan sesama. Pada ayat 1-10, Paulus menuliskan prinsip hidup yang benar dengan berbuat baik kepada sesama berlandaskan kasih Kristus:
1)        Memimpin orang yang salah ke jalan yang benar
Kata “memimpin” (NIV: restore/memulihkan) artinya, tidak hanya memimpin seseorang yang salah untuk “tahu” jalan yang benar, tetapi sampai kepada tahap bahwa orang tersebut “hidup” di jalan yang benar dengan memiliki relasi kepada Kristus. Orang-orang yang memiliki kehidupan rohani dengan relasi kepada Kristus, harus mempunyai keberanian untuk melakukan tindakan kasih, untuk membawa orang-orang yang belum mengenal Kristus dan merasakan kasih-Kristus kepada Kristus. Memimpin mereka untuk hidup di jalan Tuhan.

2)        Bertolong-tolongan menanggung beban
Artinya bukan hanya menanggung beban yang ada pada kita, melainkan lebih daripada itu. Kita sebagai anggota tubuh Kristus harus rela untuk menolong orang lain dengan merasakan dan membantu untuk mengurangi beban sesama kita baik kepada sesama kita yang seiman, karena kita adalah anggota tubuh Kristus (1 Kor. 12:26), juga kepada sesama kita yang tidak seiman, karena kita diajarkan untuk mengasihi sesama sebagai wujud kasih kita kepada Allah. Bertolong-tolongan artinya ada kegiatan serentak dari beberapa orang untuk mencapai tujuan saling melengkapi, saling membantu yang lemah dan kesusahan.
3)        Membagi segala sesuatu yang ada pada kita
Tidak mementingkan diri sendiri, sungguh sangat kontras dengan apa yang terjadi pada zaman ini, dimana orang-orang hanya hidup untuk kepentingan diri sendiri. Rela berbagi apa yang kita punya kepada sesama kita. Jemaat mula-mula telah melakukan dan meninggalkan suatu teladan yang baik di dalam hidup berjemaat dan bermasyarakat, mereka rela berbagi makanan, bahkan yang mempunya harta rela menjual hartanya dan dibagi-bagikan ke seluruh jemaat, segala kepunyaan mereka adalah kepunyaan bersama (Kis. 2:42-45). Ciri hidup yang akhirnya menjadi kesukaan bagi semua orang, dimana orang lain merasakan berkat melalui hidup jemaat mula-mula, kiranya begitulah hidup kita.
Dalam prinsip hidup yang benar yang dituliskan, Paulus juga menuliskan bahwa ketika kita melakukan suatu perbuatan baik, kita harus mewaspadai hal-hal berikut:
1)        Pencobaan
Seringkali ketika kita membantu orang yang lemah atau hidupnya salah, kita tidak sadar diri bahwa kita juga dulu adalah orang-orang yang demikian (bdk. Ef. 2:1-3). Pada akhirnya menimbulkan pencobaan bagi diri kita sendiri yang berakibat pada dosa yang mungkin kesombongan pribadi karena telah bias mengubah hidup orang lain, atau mungkin terjerumus kedalam kehidupan orang yang kita tolong. Mengubah hati manusia, adalah pekerjaan Allah,orang percaya hanya alat untuk menyadarkan manusia lainnya yang hidupnya melenceng dari jalan Tuhan.
2)        Menyangka diri berarti/penting (bdk. 1 Kor. 4:7)
Kejatuhan orang percaya seringkali berada pada titik ini. Karena terlalu sering membantu orang lain, kita merasa diri kita dibutuhkan dan merasa diri kita ini penting bagi mereka, yang alhasil membuat kita jatuh pada memegahkan diri walau tidak diucapkan melalui bibir. Padahal kita adalah alat Tuhan untuk menyalurkan kasih-Nya kepada sesame dalam dunia ini.
3)        Bermegah atas orang lain
Menurut KBBI, bermegah suatu tindakan untuk membanggakan atau menyombongkan diri, atau berlaku ingin lebih megah dari yang lain. Kejatuhan membantu orang lain dengan hati yang tidak murni akan menimbulkan kesombongan dan membuat kita mungkin bepikir: “karena kita orang lain bias tertolong”. Oleh karena itu, kita perlu menguji pekerjaan kita, apakah yang kita kerjakan dengan setulus hati atau tidak.
Paulus menutup suratnya, dengan menuliskan “jangan jemu-jemu berbuat baik”, artinya tidak bosan-bosannya untuk melakukan pekerjaan baik kepada sesama yang sudah Allah persiapkan sebelumnya (Ef. 2:10). Kita diperlayakkan Allah untuk menyalurkan kasih-Nya, karena kita sudah merasakan kasih-Nya terlebih dahulu dalam hidup kita. Hendaknya teladan Tuhan kita Yesus Kristus, kita lakukan dan hendaknya hidup kita menjadi seberkas cahaya yang tidak pernah padam dalam dunia yang gelap ini
Jangan jemu-jemu untuk menyalurkan cinta kasih Allah kepada sesama kita selama masih ada waktu dan kesempatan.
Jangan lupa berbuat baik
Tuhan Yesus Memberkati
Semoga bermanfaat…

Sumber gambar: santapanrohani.org

0 komentar:

Posting Komentar