Sebelum kita
masuk kepada pembahasan kita akan mengulas sedikit tentang Visi Allah. Seperti
yang kita tahu, visi adalah “penglihatan” , visi adalah tujuan jangka panjang
pada umumnya. Kalau di perusahaan atau organisasi, kita akan melihat bahwa visi
adalah tujuan jangka panjang atau hasil akhir yang diharapkan tercapai nantinya
pada perusahaan atau organisasi tersebut. Begitu juga dengan visi Allah, yaitu
penglihatan yang berasal dari Allah yang merupakan kegenapan karya-Nya bagi
dunia ini, yaitu bahwa segala bangsa,
segenap suku dan kaum dan bahasa berdiri di hadapan tahta Anak Domba dan menyembah-Nya
(Why. 7:9-10). Dan karya itu telah digenapi melalui pengorbanan dan
kebangkitan Yesus Kristus Tuhan kita, dan sekaranglah saatnya untuk
memberitakan tentang keselamatan yang hanya ada pada Yesus. Dan hal inilah yang
akan kita bahas melalui kitab Kisah Para Rasul 26. Let’s check it out!
Kitab ini adalah
kitab yang ditulis oleh rekan sekerja Paulus yaitu Lukas, yang adalah seorang
tabib. Hal ini dapat diketahui melalui awalan surat yang ditujukan kepada
Teofilus yang sama halnya dengan awalan kitab Injil Lukas. Diperkirakan, kitab
ini dituliskan antara tahun 80 dan 90 Masehi. Kitab ini adalah kitab yang
menceritakan tentang kehidupan gereja mula-mula yang dipenuhi dengan cinta
kasih dan Roh Kudus, sesudah Yesus naik ke surga. Para Rasul adalah murid-murid
Yesus yang senantiasa bersama-sama dengan Yesus semasa hidup-Nya di dunia ini
dan dipenuhi Roh Kudus yang dijanjikan (Kis. 2:4), mereka hidup bersama berbagi
kasih dan memberitakan Injil dan disukai banyak orang dan diberkati Allah
(Kis.2:41-47). Tetapi kitab ini tidak hanya menuliskan tentang kebahagiaan
jemaat mula-mula, tetapi juga tentang penderitaan mereka ketika mengabarkan
Kristusdi daerah Yerusalem, sebuah kota dimana penduduknya tahu bahwa Kristus
telah disalibkan, dan kemungkinan besar adalah orang yang ikut menyalibkan
Yesus. Banyak dari antara mereka yang menjadi percaya dan mengikut Yesus,
tetapi banyak juga yang menentang, apalagi ahli-ahli taurat dan orang Farisi
dan Saduki yang adalah orang yang sering menentang Yesus ada masa hidup-Nya
(Kis. 5:17-18). Hingga awal penganiayaan terhadap jemaat mula-mula pun terjadi
pada saat Stefanus yang adalah seorang yang penuh iman dan Roh Kudus (Kis.
6:5), dituduh oleh orang-orang Yahudi menghujat Allah (Kis. 6:11), dan akhirnya
ia harus mati dirajam batu dengan kemenangan yang indah yang boleh ia peroleh
menjelang kematiannya sambil berdoa menengadah ke langit (Kis. 7:54-60). Itulah
awal penderitaan jemaat mula-mula yang dituliskan oleh Lukas pada kitab ini.
Terpujilah Tuhan
untuk karya dan rencana-Nya, pada saat kematian Stefanus,ada seorang yang akan
Tuhan pakai secara luar biasa untuk menyatakan karya-Nya di dunia ini. Yaitu Saulus yang adalah seorang yang terlahir dan
terdidik dalam lingkungan orang Yahudi, dari suku Benyamin, orang Ibrani asli,
orang Farisi (Fil. 3:5), orang yang begitu tahu tentang hukum taurat yang
pekerjaannya adalah penganiaya jemaat, sampai-sampai ia minta surat kepada Imam
Besar untuk menganiaya jemaat di Damsyik (Kis. 9:2). Dan dalam perjalanan ke
Damsyik, ia harus jatuh tersungkur dan rebah ke tanah karena cahaya yang sangat
terang muncul dihadapannya dan ia mendengar suara Yesus yang menyatakan diri
dihadapannya , ia buta, dipulihkan dan bertobat, dan menjadi pemberita Injil
bagi bangsa non Yahudi. Ia pergi ke banyak kota di luar Yerusalem dan akhirnya
kembali ke Yerusalem (Kis. 21:17), dan disitu ia mengadakan pentahiran diri
bersama-sama orang percaya lainnya (Kis. 21:26) dan setelah 7 hari hampir
berakhir, ia ditangkap oleh orang Yahudi dari Asia Kecil yang menghasut orang
Yahudi di Yerusalem yang mengatakan bahwa Paulus menentang hukum taurat (Kis.
21:27-28). Hingga pada akhirnya sidang demi sidang dilalui, dan sampailah ia di
hadapan raja Agripa untuk menyatakan pembelaannya dihadapan raja tersebut,
bahwa ia tidak bersalah dan tidak mengajarkan yang sesat dan tidak menghujat
Allah.
Siapakah raja Agripa?
Raja Agripa adalah anak dari raja
Herodes yang dilahirkan kira-kira pada tahun 27 M. Raja ini yang menikahi
saudara kandungnya sendiri yang bernama Bernike. Dia adalah raja daerah Filipud
dan Lisias tahun 53 M, dan pernah menjadi pengawas kenisah di Yerusalem tahun
49 M. Dan karena hidupnya sudah jadi batu sandungan, ia belajar taurat Yahudi,
agar hidupnya bisa dilihat orang dan tidak menjadi sandungan. Ia raja yang suka
dengan popularitas.
Dan kepada raja
itulah, Paulus harus berhadapan dan menyatakan pembelannya. Dan Paulus
menyatakannya dengan keramahan bukan kemarahan, ia adalah seorang yang santun
dan penuh kasih karunia. Ia menyatakan kebahagiaannya karena diperkenankan
untuk memberi pertanggungjawaban atas tuduhan orang Yahudi kepadanya, dan ia
meminta kepada raja untuk mendengarkannya dengan sabar (ay. 1-3). Sungguh suatu
salam pembuka yang hangat penuh hikmat dan kesabaran oleh kasih Tuhan yang
dirasakannya. Karena ia tahu bahwa inilah kesempatan untuk dia bisa bercerita
tentang kisahnya yang diliputi oleh kasih Allah.
Dan Paulus mulai
bercerita, bahwa semua orang Yahudi sudah tahu tentang kisah hidupnya, sejak
masa mudanya. “Aku adalah seorang Farisi dengan mazhab yang paling keras”, kata
Paulus. Dan sekarang, aku dituduh dan harus menghadap pengadilan karena aku
mengharapkan janji Allah tentang kebangkitan orang mati, yang sudah kita
percaya dari kedua belas suku kita. Jadi, mengapa sulit percaya kalau Allah
membangkitkan orang mati?, Paulus menambahkan (ay. 4-8).
Paulus mulai ke
inti permasalahan , yaitu tentang kebangkitan, yang seharusnya tidak menjadi
permasalahan karena orang Farisi percaya kepada kebangkitan orang mati. Ya, Farisi percaya tentang kebangkitan orang mati,
berbeda dengan Saduki yang tidak mempercayai kebangkitan orang mati (Mat.
22:23-33). Paulus bertanya dengan keras: “Mengapa
kita anggap mustahil kalau Allah bisa membangkitkan orang mati?” , yang secara
tidak langsung berkata: “Mengapa tidak percaya kalau Yesus bangkit?”
Sebenarnya pun
dahulu, aku adalah salah satu orang yang paling keras menentang nama Yesus dari
Nazaret, bahkan bukan sampai disitu saja, aku juga setuju jika pengikut Yesus
itu pun dihukum mati, makanya aku sering masuk rumah ibadat dan menyiksa
mereka, menyuruh mereka menyangkal imannya, bahkan mengejar mereka sampai
kota-kota asing (ay.9-11).
Paulus mulai
bersaksi tentang kehidupannya dahulu,
tentu kita tidak menyangkal bahwa dia adalah layaknya
orang gila yang sangat sadis yang suka bunuh pengikut Kristus (Flp. 3:6a). Tapi disinilah
kerendahan hati Paulus bisa terlihat, karena dia menyadari bahwa hidupnya
dahulu adalah hidup yang kotor, najis dan berdosa, dan dia menyadari hanya oleh
kasih karunia lah dia bisa menceritakan tentang hidupnya yang kotor tersebut.
Paulus
melanjutkan dalam keadaan yang seperti itu, dengan kuasa penuh untuk membunuh
pengikut Kristus di Damsyik. Tiba-tiba di tengah jalan itu aku melihat cahaya
yang sangat terang turun dari langit dan itu yang membuatku rebah , lalu aku
mendengar ada suara yang berkata: “Saulus, Saulus, mengapa engkau menganiaya
Aku?” akan sulit bagimu menendang ke galah rangsang (ay.12-14).
Paulus dengan
lugas dan penuh kejujuran dengan tidak menambah-nambahkan apa yang dialaminya
berkata dan bersaksi tentang hidupnya. Ia dibutakan dan dipulihkan, dan pasti
sulit untuk mengelak atau lari dari panggilan Tuhan dan Paulus mengalami hal
demikian (Kis. 9:1-19a).
Saat itulah aku
bertanya: “Siapakah Engkau Tuhan?”, Maka kata Tuhan: “Akulah Yesus yang kau
aniaya itu, tapi sekarang bangunlah dan berdirilah karena Aku (Yesus)
menetapkan engkau menjadi pelayan dan saksi tentag segala sesuatu yang telah
kau lihat dari pada-Ku dan tentang yang Kuperlihatkan padamu nanti. Aku
mengkhususkan engkau untuk memberitakan Injil kepada bangsa-bangsa lain agar
mata mereka terbuka dan mereka berbalik dari kegelapan Iblis kepada terang
Allah, dan mereka peroleh iman dan pengampunan dosa dan dapat bagian yang
ditentukan untuk orang-orang yang dikuduskan.”
Sebab itu ya,
raja Agripa, terhadap penglihatan yang dari surga itu, tidak pernah aku tidak
taat (ay.15-19).
Dengan kuasa
penuh dari Roh Kudus dan dihadapan para saksi dan raja Agripa, Pausul
menceritakan pertobatannya siapa Yesus yang menyatakan diri-Nya kepada Paulus.
Paulus dengan tegarnya berani memberitakan Injil dihadapan mereka dan berani
mengklaim bahwa dirinya tidak pernah tidak taat terhadap penglihatan yang Yesus
nyatakan kepadanya. Dia tidak pernah tidak taat kepada visi Allah. Dia
menyadari bahwa dirinya diselamatkan oleh karena Anugerah.
Ia menambahkan,
mula-mula aku beritakan kepada orang-orang Yahudi di Damsyik, di Yerusalem, di
Yudea, dan bangsa-bangsa lain, bahwa mereka haru bertobat an kembali kepada
Allah dan melakukan pekerjaan sesuai pertobatan itu. Karena itulah maka aku ditangkap
dan aku hampir dibunuh. Tetapi karena pertolongan Allah, aku masih bisa hidup
sampai sekarang dan memberi kesaksian tentang mesias yang harus menderita
sengsara, mati, dan bangkit dari antara orang mati (ay.20-23).
Paulus
menjelaskan bahwa untuk menjalankan visi itu memang sulit dan pasti akan ada
penderitaan yang dialami, tetapi Paulus mengucapkan penghiburan dan peneguhan
yang sangat menggugah bahwa dalam kondisi terdesak pun, Allah tetap menyertai.
Ini selaran dengan janji Tuhan Yesus akan penyertaannya sampai akhir zaman
(Mat. 28:20).
Di tengah
suasana sidang yang mulai meresahkan, sementara Paulus masih
mempertanggungjawabkan pembelaannya, berteriaklah Festus dan berkata: “Engkau
gila, Paulus. Ilmumu yang banyak itu membuatmu gila”. Dan Paulus dengan berani
membantah: “Aku tidak gila , Festus yang mulia! Aku mengatakan kebenaran dengan
pikiran yang sehat! Dan aku yakin bahwa raja juga tahu tentang segala perkara
ini, karena perkara ini tidak terjadi di tempat terpencil. Lalu Paulus bertanya
pada Agripa: “Percayakah engkau pada para nabi?” aku yakin kau percaya. Jawab
Agripa: “hampir-hampir saja kau yakinkan aku menjadi seorang Kristen!”
Adalah hal yang
wajar kalau Festus berkata demikian karena dia tidak pernah merasakan kasih
Kristus. Tapi Paulus tetap menghadap raja Agripa dan memberitakan Injil kepada
raja yang mengetahui taurat dan adat istiadat Yahudi tersebut, dan suatu
pernyataan yang hebat keluar dari mulut raja tersebut kalau hampir saja ia
yakin menjadi seorang Kristen. Raja yang gemar popularitas itu hampir
membungkukkan badannya kehadapan Raja diatas segala raja.
Lagi Paulus
menunjukkan iman pengharapannya: “Aku berdoa, supaya bukan engkau saja tetapi
semua orang disini menjadi sama seperti aku kecuali belenggu ini.”
Iman dan
pengharapan yang sangat jelas, dengan itu Paulus mengucapkan doa bahwa semua
yang ada disitu akan percaya dan memberitkan Injil.
Lalu Agripa,
Bernike, dan Festus keluar untuk berdiskusi, mereka tidak mendapati kesalahan
Paulus , bahkan sebelum naik banding pun, dia sudah boleh dilepaskan. Dibalik
itu semua tersimpan kemenangan yang besar, yaitu ketika semua orang yang
mengadili Paulus, mendengarkan Injil yang disampaikannya oleh kuasa Roh Kudus.
Dari sinilah
kita belajar bahwa penglihatan itu menggerakan Paulus untuk melakukan misi
Allah bagi dunia. Paulus telah menangkap visi itu dan dia menjalankannya dengan
penuh kerelaan hati menyerahkan seluruh hidupnya untuk dituntun oleh Roh Kudus
untuk memberitakan
Injil
melalui perkataan dan perbuatannya. Kiranya hati kita pun digerakkan
oleh Allah untuk mengerjakan visi Allah, sehingga kita bertumbuh dan
orang lain mengenal Yesus dan hidup bagi Yesus. Maka benarlah, Bumi
penuh dengan Kemuliaan Allah.
Allah
menggerakkan orang-orang yang dipilih-Nya untuk berkarya bagi kemuliaan
nama-Nya.
Bagaimana dengan
kita? Siapkah kita dipakai Tuhan? Siapkah kita memberitakan kebenaran?
Melihat
Visi dengan mata Iman, Mengimani
Visi dengan Pengharapan, Mengerjakan
Visi dengan Kasih
Soli Deo Gloria
Referensi
Terkait: Swindoll,
Charles R, 2004.PAULUS:Seorang yang penuh
kasih karunia dan tegar, Terjemahan PAUL:A
Man of Grace and Grit, Nafiri Gabriel, Jakarta.
0 komentar:
Posting Komentar