Selasa, 05 Juli 2016

Character Study "NEHEMIAH"



CHARACTER STUDY
NEHEMIAH

Pengantar
Nehemia (Bhs. Ibr: Yahwe menghibur), adalah putra Hakhalya (Neh. 1:1). Dia adalah seorang juru minuman raja Persia di puri Susan (Neh. 1:11). Situasi pada masa itu adalah situasi dimana bangsa Yehuda mengalami masa pembuangan. Dimulai saat pemerintahan Yoyakim, oleh karena dosa bangsa itu Allah mengizinkan bangsa Babel menjajah bangsa Israel (2 Raj. 24), begitu juga hingga zaman Zedekia, Bait Allah dan tembok Yerusalem dibakar
dan dirobohkan (2 Taw 36:19). Masa pembuangan genap seperti yang diucapkan nabi Yeremia selama tujuh puluh tahun (2 Taw 36:21).  Setelah tujuh puluh tahun, Tuhan mengizinkan bangsa Babel dikalahkan oleh Kerajaan Persia dengan raja yang bernama Koresh, dan Tuhan menggerakkan hati  Koresh untuk mengizinkan bangsa Israel pulang dari pembuangan dan membangun kembali Rumah Tuhan (Ezr. 1:1-4).
Secara tradisi diyakini bahwa Nehemia tiba di Yerusalem pada tahun ke-20 (445 BC) pemerintahan Artahsasta, yaitu 13 tahun (458 BC) setelah kehadiran Ezra di Yerusalem. Kitab ini dituliskan sekitar tahun 430 BC atau sepuluh tahun sesudah penulisan kitab Ezra. Garis besar dari kitab ini hampir sama dengan kitab Ezra, bagaimana menceritakan perbuatan Allah yang membebaskan bangsa Israel dari pembuangan. Setelah pembuangan, dilakukan pembangunan kembali kebangsaan Israel sekitar 25 tahun. Allah memakai hamba-hambaNya, Hagai dan Zakaria  mendorong umat yang kembali dari Yerusalem dan menyerukan pentingnya pembangunan Bait Allah. Zerubabel mengorganisir pembangunan Bait Allah. Nehemia menjadi bupati dan membangun kembali tembok Yerusalem dan Ezra yang menyerukan tentang sentralitas firman Tuhan. Dalam setiap generasi, Allah memakai hamba-hambaNya yang setia dan menjadi pemimpin yang efektif.
Beberapa tahun penting:
536 BC: Rombongan pertama orang Yahudi yang kembali dari pembuangan
520 BC: Bait Allah diperbaiki/dibangun kembali
479 BC: Ester , istri Ahasyweros, menjadi ratu di Persia
458 BC: Ezra memimpin rombongan kedua yang kembali dari pembuangan
445 BC: Nehemia membangun kembali tembok Yerusalem
Teladan Tokoh
Dengan konteks sejarah yang demikian, tidak begitu sulit bagi kita untuk mengerti situasi pada zaman tersebut dan apa yang dilakukan Allah pada bangsa yang dipilih-Nya, melalui orang-orang pilihan Allah. Tentu kita merasa heran dengan perbuatan Allah dengan memakai orang-orang yang tidak terduga untuk menjalankan rencana-Nya. Dalam membahas teladan tokoh Nehemia, akan dibagi dalam dua masa:

1. Panggilan
a. Concern
Ditandai dengan datangnya Hanani, salah seorang saudara dari Yehuda dan membawa kabar tentang tembok Yerusalem yang terbakar dan orang-orang yang dalam kesukaran besar (Neh. 1:1-3). Nebukadnezar menghancuran tembok ketika menaklukkan Israel pada zaman Zedekia (2 Raj. 25:10) akibat doa yang diperbuat Zedekia (2 Raj. 24:19). Kehancuran tembok menandakan tidak ada lagi pertahanan suatu bangsa terlebih harga diri bangsa tersebut. Kondisi tersebut melahirkan kepedulian (concern) yang dilandaskan cinta kasih kepada saudara-saudaranya, terlebih kepada bangsanya. Beban dan visi yang jelas yang ditangkap Nehemia akan kondisi bangsanya, bahwa ia dipersiapkan untuk membangun.
b. Compassion and Prayer
Suatu respon yang unik dari seorang Nehemia. Ia menangis, berkabung, berpuasa dan berdoa. Doa merupakan ungkapan prioritas hidup seorang pemimpin. Doa menjadi suatu respon sekaligus menjadi titik awal perjalanan panjang yang akan ditempuh oleh Nehemia. Doa bukan hanya akhir, melainkan awal, pertengahan, dan akhir. Nehemia membuktikan dengan dimulainya doa di Persia (Neh. 1:4) dan mengakhirinya di Yerusalem (Neh. 13:31).
Pengakuan atas dosa diri dan bangsanya menjadi suatu ciri cinta kasih yang teramat dalam yang diekspose oleh Nehemia (Neh 1:4-7). Dosa bangsanya dianggap Nehemia menjadi dosanya juga. Dengan pengakuan dosa, ia beroleh penyucian dan pengampunan (1Yoh. 1:9), dan telinga yang tajam untuk mendengar suara Tuhan. Ingatan akan janji Tuhan menjadi ucapan syukur sekaligus permohonan Nehemia kepada Tuhan, supaya Tuhan mendengarkan seruan hamba-hambaNya (Neh. 1:8-11a). Dengan iman menjadi langkah awal komitmen kepada Allah bahwa segala sesuatu berada dalam kontrol Allah dan hanya dibutuhkan kesetiaan dan ketaatan dalam menjalankan panggilan-Nya.
c. Berdiam Diri
Kedatangan Hanani pada bulan Kislew tahun keduapuluh (pertengahan Nov. s/d pertengahan Des. 446 BC) dan Nehemia mulai menjalankan tugas panggilannya pada bulan Nisan tahun keduapuluh (pertengahan Maret s/d pertengahan April). Artinya, ada sekitar jangka waktu 4 bulan Nehemia dalam masa-masa penantian. Mulainya sebuah pekerjaan atau misi daripada Allah terkadang tidak ditandai dengan pekerjaan, melainkan masa penantian. Masa yang penuh dengan doa dan ketaatan dalam mendengar suara Tuhan, pembentukan hingga siap untuk tanggung jawab yang besar.
Charles Swindoll dalam bukunya yang berjudul Paulus, menuliskan bahwa: “Ia seringkali mempersiapkan hamba-hambaNya melalui masa penantian yang panjang, yang dirancang untuk mengasah keterampilan dan menghancurkan kehendak untuk membentuk karakter dan memberikan kedalaman. Sementara Ia bekerja, kita menunggu.” Masa penantian merupakan persiapan untuk tanggung jawab yang besar yang Allah sediakan bagi hamba-hambaNya tidak terkecuali kita. Temukan masa penantian kita.
2. Pekerjaan dan Penyelesaian
a. Doa
Ciri khas dari kehidupan Nehemia, bahwa ia adalah orang yang spontan berdoa. Bahkan ketika menemui raja untuk meminta izin memulai pembangunan dan hendak menjawab pertanyaan raja, ia berdoa terlebih dahulu (Neh. 2 : 4). Doa atas kesadaran bahwa pekerjaan membangun tembok Yerusalem hanya karena anugerah Allah semata. Dan kekuatan di dalam melalui pekerjaan dan menghadapi tantangan (Neh. 4:4, 9; 6:14)  hanya berasal daripada Tuhan Allah. Melalui doa,  pengakuan atas dosa bangsa dinyatakan (Neh. 9) dan permohona atas kesejahteraan bangsa pun diserukan (Neh. 13:31). Melalui doa juga, komitmen yang baru dinyatakan (Neh. 9:38). Doa menjadi suatu hal yang indah yang menyatakan ketiadaberdayaan kita dihadapan Allah sekaligus keyakinan penuh akan pemeliharaan dan kekuatan daripada Allah untuk menjalankan pekerjaan yang dipersiapkan bagi kita.
b. Sharing Beban dan Visi
Dimulai dengan mendengar kondisi dan diresponi dengan doa. Memantau objek yang akan dibangun (Neh. 2:11-16), Nehemia memacu semangat rekan-rekan sekerjanya dengan  membagikan beban dan visi bahwa tembok telah menjadi reruntuhan dan mereka harus membangun kembali dilandaskan kemurahan Allah yang melindungi Nehemia. “Kami siap untuk membangun!” , kata-kata yang merupakan doa sekaligus menjadi komitmen rekan-rekan sekerja Nehemia untuk membangun tembok. Beban dan visi yang sama yang ditularkan oleh seseorang karena kemurahan Allah, memicu semangat dan harapan yang baru akan terwujudnya impian akan pembangunan.  
Beban dan visi yang membuat Nehemia dapat melihat potensi dari tiap-tiap orang yang ikut serta dalam pembangunan  serta membuat team-work dengan karunia dan talenta yang ada (Neh. 3). Perbedaan latar belakang keluarga, kemampuan, karakter bukan menjadi ancaman melainkan menjadi alat pemersatu yang dilandasi beban dan visi yang sama.
c. Respon Terhadap Tantangan
Dalam sebuah pekerjaan dan tanggungjawab pasti ada tantangan yang mengahalangi pekerjaan dan tanggungjawab. Hal serupa yang dialami Nehemia. Ada dua jenis tantangan yang dialami Nehemia, yaitu:
-          Tantangan Eksternal
Sanbalat orang Horon, Tobia orang Amon, Gesyem  orang Arab, menjadi tokoh yang menentang pembangunan dengan berbagai alasan yang mereka punya. Berbagai hal telah dilakukan mereka, mulai dari mengolok-olok dan menghina (Neh. 2:19), menjatuhkan semangat para pekerja (Neh. 4: 1-3), berusaha memerangi dan membuat kekacauan (Neh. 4:8), memfitnah (Neh. 6:3-7), memakai nabi untuk menjebak agar Nehemia dicela (Neh. 6:10-13), membangun bilik di dalam rumah Allah (Neh. 13:4-5).

-          Tantangan Internal
Tantangan tidak hanya didapat dari luar bangsa Yahudi, tetapi dari dalam bangsa itu juga. Ketika pemuka-pemuka bangsa memakan riba dari saudara-saudara yang bekerja untuk membangun tembok (Neh. 5:6) yang mengakibatkan pekerja harus menjual ladangnya dan anak-anak mereka harus menjadi budak. Ketika didapati kembali bahwa bangsa Yehuda berubah setia kepada Tuhan ketika Nehemia menghadap raja. Sumbangan-sumbangan untuk imam tidak dijalankan kembali (Neh. 13:10), tidak menguduskan hari sabat dengan bekerja dan berjualan (Neh. 13:15-20), tidak mengindahkan kekudusan perkawinan dan jabatan imam (Neh. 13:23-28).
Allah memakai hambaNya sekaligus menumbuhkan iman mereka melalui setiap tantangan. Dan setiap respon yang dilakukan Nehemia merupakan respon yang menunjukkan seberapa besar imannya terhadap Allah. Nehemia percaya bahwa setiap pembalasan adalah hak daripada Allah (Ul. 32:35). Nehemia melancarkan setiap amarah dan penyesalan yang didasarkan kesetiaan pada Allah (Neh. 13:8, 11, 17, 21, 22, 25, 28).
d. Reformasi Fisik
Hal yang bisa dilihat dari kinerja seorang pemimpin adalah reformasi fisik (mis. Pembangunan rumah sakit, sekolah, jalan, dsb. Begitu juga dengan Nehemia, hal yang nyata dari visi yang diembannya adalah terselesaikannya pembangunan tembok Yerusalem dalam jangka waktu 52 hari (Neh. 6:15). Hal itu menandakan suatu pandangan yang holistik mengenai misi Allah, yang tidak hanya mementingkan kebutuhan spiritual, tetapi juga kepentingan jasmani. Reformasi fisik yang menghasilkan ucapan syukur dan membuat orang lain sadar akan Allah yang turut bekerja  dalam setiap proses yanga ada (Neh. 6:16).
e. Reformasi Sosial
Tidak hanya pembangunan secara fisik, tetapi sosial juga. Kesadaran akan bangsa yang dikhususkan untuk Allah ditandai dengan pemisahan diri bangsa Yahudi, dengan penduduk negeri untuk hidup menurut hukum Allah, beserta semua istri dan anak-anak mereka (Neh. 10:28-39). Yang membawa kepatuhan akan hukum Allah tentang kekudusan perkawinan, pengudusan hari Sabat, pengaturan persembahan (persepuluhan, khusus, hasil pertama, penyerahan anak sulung). Kepemimpinan Nehemia tidak hanya berorientasi pada pembangunan fisik semata tetapi ada hal yang jauh lebih penting yaitu reformasi didalam relasi sosial.
f. Reformasi Spiritual
Hal yang utama dalam misi yang dikerjakan Nehemia adalah mengembalikan bangsa Yahudi kepada Allah. Allah yang telah memilih mereka menjadi suatu bangsa yang menyatakan kekuasaan Allah. Lebih dalam lagi Nehemia memimpin bangsa tersebut pada reformasi spiritual. Hal ini dimulai dengan membagikan beban dan visi oleh karena kemurahan Tuhan, berujung pada pengakuan dosa dan pertobatan secara nasional (Neh. 9:1-37) dan komitmen yang jelas yang diikat pada suatu perjanjian teguh yang diakui setiap orang dari bangsa tersebut (Neh. 9:38). Kepemimpinan Nehemia berujung pada satu titik yaitu pengakuan akan Allah.
Refleksi
Allah memakai orang yang siap dan setia serta bergantung penuh pada Allah untuk melaksanakan rencanaNya dalam kehidupan ini. “Nehemia bukanlah seorang raja, tetapi karyanya mengingatkan bangsanya akan karya agung seorang raja; dia bukan seorang nabi tetapi dia berbicara dan bertindak seperti seorang nabi sejati; dia bukan termasuk kelompok imam, tetapi mendukung para imam dengan antusias dan memanifestasikan cara hidup imam dalam kehidupan sehari-hari; dan Nehemia adalah seorang visioner akan masa depan kehidupan Israel.” (Tiopan Manihuruk)
 Keteladanan Nehemia kiranya yang menjadi suatu pemicu semangat bagi kita untuk berkarya dalam sepanjang hidup kita bagi sesama kita, bagi kampus kita, bagi bangsa kita. Karena itulah yang menjadi tugas kita sebagai garam dan terang, memberitakan nama Allah melalui perkataan dan perbuatan kita. Kiranya doa kita bukan hanya sebatas doa, tetapi merupakan komitmen yang jelas dengan iman teguh untuk menjadi agen-agen yang membawa perubahan sesuai kehendak Tuhan.
Soli Deo Gloria.

Sumber gambar: http://www.mycalvary.org/nehemiah-sermon-series/

0 komentar:

Posting Komentar